Mohon tunggu...
Nurruddin Aniq Zahran Risqi A
Nurruddin Aniq Zahran Risqi A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Mandarin Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Saya memiliki hobi menulis, baik itu menulis cerpen, novel, essai, artikel, dan karya tulis lainnya. Saya memiliki kepribadian yang tekun, ulet, pekerja keras, suka mengeksplorasi sesuatu yang baru, dan saya selalu mengikuti isu atau berita-berita terkini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Welcome To Different World

1 November 2022   20:00 Diperbarui: 1 November 2022   20:04 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

           Dino, seorang remaja 19 tahun yang mengalami berbagai cobaan dan tekanan selama ia hidup hingga membuatnya mengalami depresi akut. Hari-hari yang dilaluinya seolah adalah neraka baginya. Orang-orang di sekitarnya seakan-akan adalah monster mengerikan baginya. Ia hanya memiliki 1 orang yang ada di sisinya, yaitu Rey, sahabatnya selama 10 tahun.

"Apa yang sedang kau lakukan, Din ?" Tanya Rey kepada Dino melalui telepon.

"Aku sedang menyendiri di kamarku Rey."

"Apakah kau baik-baik saja ?"

"Ya, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu merasa khawatir terhadapku Rey."

"Bagaimana aku tidak khawatir ? Kau sering berbohong kepadaku. Kau selalu mengatakan bahwa kau baik-baik saja padahal kenyataannya kau sedang tidak baik-baik saja." Ujar Rey kepada R isqi.

"Tetapi kali ini aku benar-benar baik-baik saja. Aku tidak berbohong kepadamu Rey."

"Syukurlah. Sekarang tidurlah. Ini sudah sangat larut malam."

"Baiklah. Kau juga Rey. Bye......"

"Bye......"

                Setelah menutup teleponnya, Dino bergumam di dalam hatinya.

"Maafkan aku Rey. Aku harus berbohong lagi kepadamu karena aku tidak ingin kau khawatir terus-menerus."

                Terlihat banyak sekali tisu yang berserakan di kamar Dino. Ya, ia kembali merasa depresi malam ini. Pikirannya benar-benar kacau dan dipenuhi dengan ketakutan yang sangat besar. Hatinya benar-benar sakit seperti tertusuk panah yang berkarat. Ia kemudian menuju ke meja belajarnya dn mengambil pena serta menyobek selembar kertas dari bukunya. 

Nampak ia menulis sesuatu di kertas itu sambil menangis tersedu-sedu. Setelah beberapa saat, akhirnya ia seelesai menulis surat itu dan kemudian menyimpannya di laci meja belajarnya.

***

"Selamat pagi Din!!!!" Sapa Rey yang menghampiri Dino di ruang kelas mereka.

"Selamat pagi juga." Balas Dino dengan senyuman.

"Bagaimana keadaanmu hari ini ? Apakah kau baik-baik saja ?" Tanya Rey.

"Ya, aku baik-baik saja hari ini. Bagaimana denganmu ?"

"Aku juga baik-baik saja."

"Rey, aku punya 1 permintaan untukmu ?"

"Permintaan apa itu ?"

"Coba kau bertingkah konyol agar aku bisa tertawa."

"Hah !!! Permintaanmu sangat aneh Din."

"Memang sangat aneh. Apakah kamu bisa memenuhi permintaanku."

"Baiklah, aku akan memenuhi permintaan konyolmu ini."

                Kemudian Rey mulai bertingkah konyol di depan Dino hingga membuat Dino dan bahkan teman-teman satu kelas mereka tertawa terbahak-bahak. Rey yang akhirnya malu menyudahi tingkah konyolnya itu.
"Apakah kau puas ? Aku sangat malu." Ujar Rey sambil menundukkan kepalanya karena menahan malu.

"Tentu saja aku sangat puas. Terima kasih sudah membuatku tertawa terbahak-bahak kali ini."

                Tak lama kemudian guru mereka pun memasuki kelas dan menandakan jam pelajaran telah dimulai. Pada pukul 2 siang, akhirnya mereka pulang dari sekolah. Saat di tempat parkir, Rey kembali bertanya kepada Dino.

"Din, apakah kamu akan langsung pulang ?"

"Ya, aku akan langsung pulang ke rumah. Ada banyak tugas sekolah yang belum aku kerjakan."

"Baiklah. Hubungi aku ketika kau merasa sedang tidak baik. Okay ?"

"Baiklah."

                Kemudian mereka berdua pulang ke rumah mereka masing-masing.

***

                Hari sudah menunjukkan malam hari, Dino duduk termenung di dalam kamarnya. Tatapan matanya begitu kosong seakan-akan ia sedang memikirkan sesuatu yang membuat pikirannya kosong. Nampak matanya mulai meneteskan air mata dan ia terus mengusap air matanya tersebut. Despresi yang ia alami benar-benar membuatnya gila dan tersiksa secara bersamaan. Hingga akhirnya .....

"Apakah aku harus mengakhiri hidupku agar aku bisa terbebas dari siksaan ini. Aku menginginkan waktu untuk beDintirahat dengan damai tanpa ada siksaan yang menerpaku lagi." Gumam Dino dalam hatinya.

Dengan tatapan kosongnya, ia kemudian beranjak dari duduknya dan menaruh sepucuk surat di atas meja belajarnya dan berjalan keluar dari kamarnya dengan tanpa diketahui oleh orang-orang yang ada di dalam rumahnya. Ia kemudian berjalan sambil terus menangis tersedu-sedu.

Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk dari Rey, tetapi ia tidak membukanya dan terus berjalan kaki. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah jembatan yang tak jauh dari rumahnya dan berdiri di tepi jembatan yang dibawahnya mengalir sungai yang sangat deras arusnya. 

Suasana di sekitar jembatan sangat sunyi, bahkan tidak ada kendaraan maupun orang yang berlalu lalang karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dino pun melewati pembatas jembatan dan kini ia berdiri di tepi jembatan dengan kedua tangannya yang memegang pembatas jembatan itu.

"Tuhan, terima kasih telah membiarkan hamba hidup selama ini. Terima kasih telah membiarkan hamba menjalani hidup layaknya manusia lainnya. Namun, hamba merasa sudah tidak sanggup untuk menjalankan kehidupan hamba lagi. Siksaan dari orang tua hamba, cemoohan dari orang-orang, dan ejekan dari teman-teman hamba telah membuat hamba merasa sangat tersiksa.

Tetapi, terima kasih telah mengirimkan Rey kepada hamba. Hamba mohon jaga dia baik-baik." Gumam Dino sambil menangis dan kemudian melepaskan pegangan tangannya dari pembatas jembatan dan melompat ke dalam sungai.

***

Pukul 4 pagi, Rey terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba ada notif pesan masuk dari teman-temannya. Ia kemudian membaca pesan-pesan dari mereka dan pesan-pesan itu beDinikan bahwa ada seseorang yang ditemukan mengapung di sungai yang lumayan jauh dari rumahnya. 

Setelah membaca pesan-pesan itu, Rey langsung teringat dengan sahabatnya, Dino. Ia langsung menelpon Dino, tetapi usahanya sia-sia karena Dino tak kunjung mengangkat teleponnya.  Rey merasa sangat khawatir, hingga akhirnya ia langsung pergi ke rumah Dino dengan mengendarai motormya. Setelah sampai, ia langsung mengetuk rumah Dino.

"Assalamualaikum !!!!!" Ujar Rey sambil terus mengetuk pintu rumah Dino hingga akhirnya ibu Dino membukakan pintu.

"Ibu, apakah Dino ada di kamar ?"

"Ya, dia belum bangun sepertinya. Ada apa nak pagi-pagi buta seperti ini ke sini ?"

"Oh saya ingin mengambil buku saya yang dipinjam Dino kemarin. Apakah saya boleh masuk ke kamar Dino ?" Jelas Rey yang menggunakan alasan tersebut agar ia bisa memastikan keadaan Dino di dalam kamar.

"Tentu saja."

Kemudian Rey masuk ke rumah Dino dan langsung membuka kamar Dino. Alangkah terkejutnya Rey ketika mendapati Dino tidak berada di dalam kamarnya.

"Dino, ke mana kamu. Tolong jangan membuatku khawatir." Gumam Rey.

Lalu Rey langsung menggeledah kamar Dino karena menurutnya Dino mungkin sedang sembunyi hingga akhirnya ia menemukan sebuah surat yang berada di atas meja belajar Dino. Dengan tangan yang bergemetar, Rey membuka surat itu secara perlahan-lahan.

"Mungkin ini hal terakhir yang bisa Dino tinggalkan sebelum Dino pergi ke dunia yang berbeda. Hari-hari Dino sudah seperti layaknya neraka. Banyak penyiksaan, perundungan, dan cemoohan yang terus berdatangan silih berganti. Dino telah berjuang dalam waktu yang lama untuk melewati itu semua dan mencoba untuk bertahan. 

Terima kasih untuk Rey yang selalu berada di sisi Dino, yang selalu menghibur, melindungi, menemani, dan menguatkan Dino baik di saat Dino terpuruk maupun tidak. Terima kasih untuk orang tua Dino yang membuat Dino bisa berada di dunia yang dipenuhi dengan berbagai macam sifat orang ini. 

Namun, kekerasan dan penyiksaan yang orang tua Dino sendiri lakukan, benar-benar membuat Dino merasa hancur. Tiba saatnya agar Dino tidak merasakan itu semua. Dino salut dengan diri Dino sendiri karena bisa bertahan selama ini.

Untuk sahabat terbaik Dino, tolong jaga dirimu baik-baik. Maafkan Dino karena sudah membuatmu merasa hancur setelah membaca surat ini. Impian kita untuk sukses bersama-sama, untuk bersahabat sampai ajal menjemput kita, sepertinya harus berhenti di sini."

Segera setelah membaca surat itu, Rey langsung jatuh berlutut sambil terus menangis. Namun, ia masih belum percaya akan hal itu. Lantas ia bertanya kepada salah satu temannya tentang keberadaan mayat yang ditemukan mengapung di sungai itu sekarang. Setelah mengetahui keberadaan mayat itu, ia langsung bergegas pamit kepada orang tua Dino dan langsung menuju ke rumah sakit tempat mayat itu berada.

Rey langsung berlari dengan sangat kencang untuk mencari kamar jenazah ditemani salah seorang pegawai rumah sakit. Setelah sampai di kamar jenazah, Rey mulai menangis dan ketakutan. 

Takut jika mayat itu adalah sahabatnya sendiri yang telah melakukan bunuh diri. Kemudian ia meminta pegawai rumah sakit itu untuk membuka kain yang menutupi seluruh tubuh jenazah itu. Rey langsung dengan reflek  memejamkan matanya sambil terus menangis. Setelah wajah mayat itu terlihat, Rey perlahan mulai membuka matanya dan.....

"Tidak!!!!!!!!! Ini tidak mungkin!!!!!!" Seketika Rey langsung menangis histeris setelah melihat wajah mayat tersebut. Ternyata mayat tersebut adalah mayat sahabatnya sendiri yang telah pergi karena bunuh diri.

Rey langsung memeluk mayat sahabatnya yang telah terbujur kaku itu. Meskipun tubuh sahabatnya itu sudah rusak, tetapi ia tetap memeluk mayat sahabatnya itu.

"Din, mengapa kau tega meninggalkanku seperti ini. Aku tidak menyangka jika permintaan konyolmu kemarin adalah permintaan terakhirmu kepadaku. Kau sudah pernah berjanji jika kita akan selalu bersama untuk waktu yang sangat lama. 

Memiliki sahabat seperti kamu adalah suatu hal yang sangat berharga dan mungkin adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepadaku.. Aku tak percaya mulai saat ini kita hidup di dunia yang berbeda dan aku tak percaya jika kisah persahabatan kita berakhir tragis seperti ini. 

Maafkan aku yang gagal untuk melindungi dan membantumu dari segala keterpurukan yang kau alami. Aku tahu kau mungkin akan memperhatikanku di atas sana. Aku berjanji aku akan menjaga diriku dengan baik agar kau bisa tersenyum di atas sana. 

Semua ini hanya masalah waktu.  Suatu hari nanti aku juga akan berada di dunia yang sama denganmu dan mungkin kita akan hidup bersama-sama lagi di dunia itu. 

Sebagai penghormatan dan bukti kasih sayangku kepadamu, aku berjanji akan mengantarmu ke tempat peDintirahatan terakhirmu. Sampai jumpa sahabatku." Gumam Rey yang terus menangis sambil memegang tangan sahabatnya itu. 

Tak lama kemudian sang pegawai rumah sakit yang ikut menangis itu secara perlahan kembali menutupi tubuh Rey dengan kain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun