Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segenggam Duka

19 Agustus 2023   07:34 Diperbarui: 19 Agustus 2023   07:51 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Anemone123 by Pixabay

"Adikmu, Ardian. Ia minta handphone masa kini seperti milik temannya. Ibu melarang. Tapi, ia malah marah-marah. Sakit rasanya hati ibu," jawab ibu mertua Mahi dengan uraian air mata yang kian menderas.

"Ibu yang sabar, ya! Mungkin ini cobaan dari Tuhan. Agar ibu selalu kuat mengemban amanah dariNya. Nanti coba Mahi yang bicara sama Ardi. Semoga ia bisa mengerti." Mahi mencoba menguatkan.

Mahi ingin sekali mengulang kata-katanya yang baru saja terlontar. Ia berpikir ulang. Cobaan? Apa kata-katanya sudah tepat? Bagaimana jika itu adalah teguran dari Tuhan karena kata-kata sang mertua yang sudah melampaui batas. Menjelekkan orang lain di belakang tanpa bukti yang jelas. Harusnya Mahi lega. Ia bisa tertawa lepas karena Tuhan telah membantunya membalas rasa sakit di hati yang sulit untuk dilepas.

Akan tetapi, bukan Mahi namanya jika ia mengucapkan sumpah serapah setelah mendengar semuanya. Ia kecewa. Ia sedih tak terkira. Namun, ia tak ingin surga suaminya bermuram durja. Seorang Mahi yang kini sedang berada pada jarak cukup dekat, dengan Tuhan sang pemberi rahmat, pun bermunajat. Memohon ampun atas segala khilaf yang diperbuat. Ia juga tak henti berharap untuk seluruh keluarga yang ia sayangi dengan sangat, agar senantiasa mendapat keberkahan dalam hidup yang teramat singkat.

Setelah segenap masalah yang menerpa, Mahi percaya bahwa segenggam duka akan kalah dengan selangit doa. Kali ini, ia sudah membuktikannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun