Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Suka Duka Melatih Murid SD dalam Bercerita secara Tertulis

9 Oktober 2025   11:16 Diperbarui: 9 Oktober 2025   13:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koreksian pada cerita karya murid. (Dokumentasi Pribadi)

Mengobrol atau berbincang dengan teman sekelas saat pelajaran sudah menjadi hal biasa yang dilakukan para murid. Tak jarang guru yang mengajar mata pelajaran mengingatkan para murid agar memerhatikan penjelasan materi atau langkah tugasnya. Tujuannya agar mereka bisa lancar dalam mengerjakan tugas sesuai petunjuk.

Murid sering melakukan kesalahan seperti itu. Saya yakin, itu tak hanya terjadi di tingkat sekolah dasar. Di tingkatan sekolah menengah pun sama. Anehnya, ketika mereka diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau menceritakan apa yang diobrolkan, mereka tampak kebingungan.

Ternyata keterampilan berbicara masih kurang. Bahkan ketika tetap berani berpendapat atau bercerita, tetap ada rasa grogi, hingga tak ada kalimat yang terucap. Ketika menjumpai hal tersebut, terkadang guru memberi tugas untuk menuliskan apa yang diobrolkan. Guru menyadari bahwa mengemukakan pendapat di depan teman sekelas bukan hal yang mudah. Ya, guru memang harus menyesuaikan kemampuan murid.

Kemampuan menceritakan sesuatu secara lisan maupun tertulis harus dilahirkan kepada murid. Apalagi di tingkat sekolah dasar. Sebagai pondasi awal dalam menanamkan keberanian untuk bercerita atau berpendapat, guru harus jeli.

Saya sendiri sering memulai dan mengajak murid untuk menceritakan pengalaman apa yang mereka alami. Hal tersebut agar memudahkan mereka untuk mengeluarkan pendapat atau ide cerita. Memang segala hal harus dimulai dari hal-hal yang dekat dengan keseharian.

Tak lupa, ketika mereka berlatih bercerita selalu diberikan motivasi agar mereka percaya diri. Dengan kepercayaan diri maka mereka akan mudah untuk tampil di depan.

Lebih detail, saya melatih murid dalam hal bercerita ini melalui kegiatan ekstrakurikuler bercerita. Di dalam ekstrakurikuler tersebut, tentu tak hanya story telling yang saya bimbing. Bercerita dalam bentuk tulisan pun saya kenalkan.

Kegiatan ekstrakurikuler bercerita di sekolah saya hanya untuk murid kelas IV dan V. Terus terang, kegiatan ini diarahkan untuk persiapan lomba bercerita baik dalam ajang FLSSSN maupun lomba bercerita yang diselenggarakan instansi lain.

Ketika saya mengajak murid kelas IV dan V bercerita dalam bentuk tulisan atau menulis cerita, kebanyakan mereka sulit dalam mengembangkan cerita, meski tema yang saya berikan sesuai pengalaman. Tetapi ada beberapa murid yang bagus dalam menceritakan pengalaman mereka.

Hanya saja, setelah saya baca dan cermati, kebanyakan belum menggunakan huruf kapital dan huruf kecil secara tepat, serta tanda baca yang standar saja (seperti tanda titik) jarang saya temukan. Alhasil, tulisan murid tersebut saya coret-coret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun