Mohon tunggu...
Nur HabibahNasution
Nur HabibahNasution Mohon Tunggu... Penulis - become a good writer

blog lebih banyak berisi cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Long Kiss Good Bye

10 Mei 2020   12:44 Diperbarui: 10 Mei 2020   15:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyusuri jalanan kota Jakarta tanpa tujuan. Berjalan kesana kemari hanya untuk menghirup udara segar malam ini. Semua karena Reza, dia orang yang ku sayangi dan cintai membatalkan kencan sebelah pihak, siapa yang tak marah jika kalian sudah siap kencan tapi pacar kalian membatalkan. Aku jadi kesal mengingat pembicaraan di telfon tadi.

"Maaf ya sayang kencan kita batal dulu, aku masih ada kerjaan kantor" tut...tut..tut.. 

Belum sempat aku bicara sepatah kata telfon sudah di matikan. Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya dia lebih memprioritaskan pekerjaannya. Aku dan Reza sudah berpacaran 2 tahun 1 bulan dari saat kuliah dulu. Reza adalah orang yang sangat romantis, baik, tampan, dan sabar tapi itu DULU sekarang dia sudah berubah. 

***

Aku berangkat kerja dengan mood yang buruk karena kejadian semalam, bukannya tidak pengertian tapi aku sudah bosan dengan kelakuan Reza yang sangat sangat memprioritaskan pekerjaanya dari pada aku yang berstatus pacarnya, bahkan dia pernah bilang akulah sumber kebahagiannya.

Aku dan Reza berbeda tempat kerja tapi kantor kami sangat dekat hanya berjarak dua gedung pencakar langit. Jadi tidak heran jika Reza sering menghampiriku saat makan siang. Dan aku berniat memutuskan hubungan ini saat makan siang nanti. Aku sudah sangat muak dengannya sudah berapa kali aku minta putus karena alasan yang sama yaitu pekerjaanya lebih penting dibandingkanku. Tapi dengan berbagai alasan dia ingin tetap melanjutkan hubungan ini. Aku terdengar sangat jahat bukan 

***

" Diva mari kita makan di restoran simpang7 " ajaknya sambil menggaet tanganku tak peduli jika aku sedang marah, dasar tidak peka.

" Pakailah seatbelt mu Div atau aku yang pakaikan" senyum jailnya mulai, memang ia tak sadar jika aku marah.

"Hmmm" Aku menuruti semua perintahnya sambil diam. 

Sesampainya disana dia memesan makanan untuknya dan untukku karena dia sangat tau seleraku.sambil menunggu makanan aku hanya memainkan handphone dan enggan menatap Reza aku takut pertahananku runtuh dan lupa akan niatku memutuskannya. Pelayan mulai datang membawa pesanan kami dan menaruhnya di atas meja kemudian pergi barulah Reza membuka pembicaraan

"Div selama tiga hari kedepan aku akan pergi ke malang untuk urusan pekerj" aku memutus perkataanya.

" MAAF!!" ucapku bergetar entah kenapa hatiku sangat berat memutuskannya kali ini tidak seperti yang lalu, dulu aku malah berteriak meminta putus tapi entah kenapa sekarang aku ingin menangis dan memeluknya.

Sontak kepalanya langsung menatapku " Kenapa sayang? Harusnya aku yang meminta maaf" suaranya sangat lirih dan itu membuatku tak enak hati.

" Maaf kan aku Rez, aku lelah dengan ini semua aku gak kuat harus pertahanin hubungan kita yang semakin lama semakin menyakitkan" aku menarik nafas panjang sekarang aku menagis karena tak mampu lagi berkata.

" Aku mohon kali ini jangan paksa aku untuk bertahan lagi Rez karena itu menyakitkan, kamu selalu bilang semua akan baik-baik saja tapi....tapi .....tapi akhirnya kamu sendiri yang bikin aku sakit dengan semua waktumu yang selalu di habiskan kepekerjaan. Kamu tahu Rez detak jantungku selalu berdegup kencang saat kamu ada di dekatku tapi sayangnya itu dulu, sekarang rasanya beda Rez aku udah gak ada rasa spesial lagi untukmu entah memang sudah tidak ada atau tertutupi rasa sakit."ucapku panjang lebar dengan isak tangis.

Reza berdiri membayar makanan kami membawa ku yang sedang menagis dalam pelukannya menuju mobil miliknya.

" Sayang aku minta maaf atas semua kesalahanku, aku bekerja keras setiap hari karena ingin meminang mu suatu saat, jadi kumohon jangan lepaskan aku sayang, aku selalu punya impian mempunyai keluaga bersamamu dan anak kita, jadi tolong beri aku satu kesempatan." Ucap Reza setelah sampai mobil, dia berbicara sangat bergetar seakan menahan tangis.

" Maaf Rez, aku juga dulu punya pemikiran sepertimu kita akan menjadi keluarga bahagia tapi maaf pemikiran ku sudah berubah, aku sekarang berfikir aku akan selalu di tinggalkanmu selalu kesepian selalu sendiri. Jadi jangan tahan aku lagi Rez" Reza memelukku tiba-tiba, aku bisa merasakan dia bergetar karena menangis.

" Aku tidak ingin berpisah denganmu Div tolong pikirkan selama aku pergi nanti" dia menyapu air mataku dan mencium keningku. 

*** 

Ini hari pertamanya pergi ke Malang aku merasa sama saja tidak ada bedanya dia pergi dan tidak pergi. Hari ini aku memilih tidak bekerja karena malu dengan mataku yang membengkak karena menangis semalaman. Ada sedikit rasa menyesal dan lega meski status kami masih tidak jelas.

Aku memilih berjalan ke lemari dan mencari-cari kardus kenanganku dengan Reza. Aku membuka kardus itu melihat surat, foto, hadiah kecil,dan yang terakhir scrapbook, seingatku aku tidak pernah menyimpannya. Dengan rasa penasaran aku membawa buku itu ke nakas dan melihatnya.

Ada fotoku dan dia saat pertama kali kencan di bawah foto itu dia menuliskan akhirnya aku bisa mendapatkan mu bidadari kecilku, kamu yang ku sayangi dan ku cintai, akan kujaga kamu sepenuh hati dan akan meminangmu nanti. Tunggu aku sayang. Aku mulai menangis lagi membacanya.

Ada banyak lagi foto dan tulisan yang semuanya di tunjukkan untukku. Dia begitu romantis dengan caranya sendiri. Sekarang aku jadi merindukannya dan ingin memeluknya.

Dihalaman berikutnya ada foto cincin dan kalung yang sangat indah, aku tidak ingat dia pernah memberikan itu. Ternyata itu adalah cincin dan kalung yang ingin dia beli untukku tapi harganya sangat mahal jadi dia harus menabung terlebih dahulu serta ada tulisan maaf jika nanti aku akan sibuk karena aku akan fokus untuk mempersuntingmu nanti.

Halaman berikutnya ada foto pelataran yang luas dihiasi bunga biru dan nuansa serba biru, dibawah foto tersebut ada tulisan ini akan jadi tempat bahagia kita nanti seperti yang kamu mau sayang pernikahan bernuansa biru. Tetaplah disisiku semangati aku agar dapat mewujudkan semua itu. Aku sadar diri aku bukan orang berada jadi pasti kamu jenuh denganku yang selalu memberimu itu-itu saja. Bersabarlah Divaku sebentar lagi aku akan jadi orang yang sukses dan menikahimu.

Tangsiku mulai menjadi-jadi karena merasa bersalah pada Reza. Aku sadar ia bukan dari kalangan atas maka dari itu dia pasti terbebani olehku yang cerewet ini yang selalu menghayal bersamanya tentang pernikahan megah.

Aku merutuki diri sendiri sekarang. Aku ingin menemui Reza dan meminta maaf padanya sekarang. Dia selalu terlihat sibuk tapi tidak pernah mengeluh lelah, ia selau tersenyum dan meminta maaf saat aku mengomelinya karena dia yang terlalu gila kerja. Dia selalu tersenyum saat bertemu denganku memelukku seakan aku obat lelahnya. Dia selalu tertawa saat aku bertanya pernikahan. Dia tak pernah bercerita akan memberiku pernikahan megah ini karena ingin mengejutkanku.

Aku jadi ingat bahwa buku ini aku ambil diam-diam saat dia sedang ketoilet pom bensin. Saat itu aku melihat buku kecil karena rasa penasaran aku mengambilnya dan memasukkanya ke tasku lalu menyembunyikannya di kardus ini, berhubung dia suka kerumahku pasti dia akan sadar jika bukunya ada di atas meja atau di laci meja.

***

Aku sangat merindukannya ini hari kedua ia di Malang berarti satu hari lagi dia kembali. Aku tak sabar menemuinya dan memeluknya lagi. Mungkin memang inilah yang kami butuhkan beristirahat dengan hubungan ini hingga dapat merasakan betapa kuatnya cinta kami. Karena rasa rindu yang tak terbendung aku memilih menelfon Reza.

Tut....tut...tut

"Halo sayang apa ada masalah?" suaranya begitu aku rindukan. Dari suaranya terdengar ia sangat lelah. Tanpa sadar aku menangis saat menelfonnya.

"Halo Diva kamu kenapa? Kok nangis? Div?" dia terus bertanya aku yakin dia khawatir denganku .

" Reza aku...hiks...rindu kamu, cepat pulang Reza aku mencintaimu" ucapku sambil menahan isakan. Kudengar dia terdiam cukup lama.

"Aku juga mencintaimu Diva, jangan tinggalkan aku lagi kamu segalanya bagiku" pengucapannya begitu perlahan seakan penuh rasa cinta.

*** 

Aku menunggu kabar kepulangan Reza dengan hati senang dan gembira katanya dia sudah sampai Bekasi berarti sebentar lagi sampai, Tapi jam sudah menunjukkan pukul 09.37 sudah lewat 5 jam sejak kabarnya tadi. Ayah dan ibu Reza menyuruhku pulang kerumah tapi aku merasakan sesuatu yang aneh, wajah kedua orang tua Reza seperti bersedih.aku hendak bertanya tapi mereka bersikeras menyuruhku pulang dan tidur dan aku menuruti saja.

Keesokannya orangtua Reza mengabarkanku bahwa Rezanya telah berpulang, apa maksudnya Reza telah pulang? Aku kemudian tertawa dan berterima kasih lalu segera menuju rumah Rezaku. Aku tersentak saat melihat ada bendera kuning menghiasi kediaman Reza dan banyak warga berkumpul. Aku kembali mengingat perkataan orang tua Reza bahwa Reza telah berpulang seketika lututku lemas dan aku tidak ingat apa-apa.

***

Sudah satu minggu aku mengurung diri di kamar sejak kepergian Reza untuk selamanya. Aku menyesal sangat menyesal karena sikapku salama ini.

Aku berniat pergi ke kuburan Reza untuk menemuinya dan bercerita tentang hariku seperti biasanya saat dia masih hidup. Sebagian orang menganggapku gila tapi itu urusanku, Reza itu milikku bukan milik kalian jadi jangan ikut campur.

"Halo Reza apa kabar? Hahaha kamu masih tidur saja. Aku mencintaimu Reza kenapa kamu malah tidur bukan bekerja untuk mebiayai pernikahan kita. Aku bermimpi semalam aku menikah denganmu dan kita punya dua anak kembar lucu bukan. Ayolah Reza jangan diam saja. Hiks....hiksss Rezaaaa jangan tulikan telingamu siapa yang telah membuatmu begini kenapa dia tak membunuh ku juga" emosiku mulai tidak stabil aku terus melempar tanah di sampingku ke batu nisan Reza. Ibuku dan ayahku segera menarikku dan membawaku pulang.

Ibu dan ayahku rajin membawaku ke psikiater untuk mengobatiku. Padahal Aku sudah mau menyusul Reza tetapi selalu saja di batalkan. Hingga 3bulan perawatan aku kembali membaik dan menjalani hari seperti biasa dan melupakan Reza bahkan memang tidak ingat lagi siapa itu Reza. Menurut informasi yang aku dapatkan ayah dan ibuku membawaku keseseorang yang bisa membuat orang lupa tentang masalahnya.

Kata Ibuku hanya tersisa Bunga ini saat si Reza-Reza itu pergi. Aku heran kenapa bunganya bunga palsu lalu Ibuku menunjukkan secarik kertas bertuliskan

Maaf atas kesalahanku selama ini 

Dan ini bunga permintaan maafku 

Pasti kamu bertanya kenapa bunganya palsu ?

Itu karena Cinta kita juga cinta abadi yang tak pernah layu oleh apapun

Meski terbuat dari sakit hati tapi dari situlah kita belajar

Betapa hebatnyna cinta kita 

Mungkin ini hal teromantis yang pernah aku lakukan untukmu

I Love You So Much My Diva 

Aku hanya tersenyum karena tak satu pun aku pahami karena sudah sepenuhnya aku melupakanmu Reza atau lebih lengkapnya melupakan kita.

*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun