Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meja Makan yang Sama

13 September 2025   22:17 Diperbarui: 13 September 2025   22:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kirana menahan napas sebentar. Bukan karena marah atau sedih, tapi karena hatinya terenyuh. Lelah memang ada, tapi cinta jauh lebih besar. Ia mengetik lagi: "Iyaa sayang, hehe gapapa. Kan ini semua untuk kita. Apa pun mama usahakan untuk kita dan masa depan kita sayang."

Kata-kata itu seperti pelita yang menyala di dada Kartika. Ia membaca ulang berulang kali, seolah ingin menanamkan dalam dirinya bahwa semua jerih payah istrinya, semua peluh dan langkah tanpa istirahat, adalah persembahan cinta untuk mereka berdua. Ia menulis dengan perasaan penuh haru: "Terima kasih mama sayang. Moga mama kuat dan sehat selalu. Papa selalu menunggumu, sayang."

Kirana membaca pesan itu sambil menggenggam ponselnya erat. Matanya sejenak berkaca-kaca. Kadang, perhatian yang sederhana dari orang yang dicintai jauh lebih menguatkan daripada segelas jamu atau pil penambah tenaga. Ia membalas dengan hati penuh cinta: "Iyaa sayang, sama-sama sayangku."

Waktu bergeser. Jam menunjukkan hampir pukul delapan malam. Rindu tak pernah lelah mengetuk. Kirana mengirim pesan: "Papa lagi apa sekarang?"

Kartika yang baru saja selesai makan menjawab jujur: "Baru habis makan sayang."

Kirana tersenyum kecil. Pertanyaan itu sebetulnya bukan untuk sekadar tahu apa yang dimakan, melainkan untuk memastikan: "Apakah papa baik-baik saja? Apakah papa juga menjaga dirinya sebaik mama menjaga dirinya?"

Rindu kadang muncul dalam bentuk pertanyaan sederhana.

Tak lama kemudian, Kirana bertanya lagi: "Makan apa sayangku?"

Dan jawaban yang datang bukan sekadar daftar menu, tapi sebuah lukisan kehidupan sederhana yang hangat:

"Papa masak sayur fresh. Isinya bawang merah, putih, daun bawang, ditumis dulu, lalu dimasukin sayur hijau, kol dan sawi. Cabai langsung digoreng, lalu dikasih garam dan air serta bumbu totole. Sudah itu saja, fresh. Lauknya tahu lombok digoreng, tambah sambel ayam templong, tambah pepaya dua sisir. Udah itu saja, sayang."

Kirana membacanya dengan mata berbinar. Ia bisa membayangkan aroma bawang yang ditumis, sayur hijau yang mendidih di kuah sederhana, pedas cabai yang menguarkan harum segar, tahu goreng yang renyah, sambal ayam yang menggoda, serta pepaya manis sebagai penutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun