Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ratapan Berpayung Hujan

20 Februari 2025   00:58 Diperbarui: 20 Februari 2025   00:58 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dramatisasi Hujan. (Sumber : eksepsionline.com)

Lara membutakan mata, mematikan sukma

Keluh adalah durhaka, rusak, membawa petaka

Tak boleh aku berkata, cukup terima meski hampa

Harsa kini tinggal cerita, tapi dulu pernah nyata!

Lalu setelah jantungku dimuntahkan dengan utuh

Ketika hatiku dibelah begitu sakit, ngilu tak terperi

Seperti kotak kosong, tak ada jarak dekat bisa digapai

Maka kuputuskan tuk berbilang pada rinai hujan

Tumpah ruah bulir bening tersamar kasihNya

Aku meratap di bawah hujan lalu merengkuh padaNya

Apapun itu aku percaya padaMu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun