Aku melihat ada beberapa tangkai bunga anggrek liar yang sangat indah di tangan Ria.
"Dapat dari mana bunga itu?" Aku mulai khawatir. Perasaan tidak enak di hatiku muncul lagi.
"Kami tadi ke hutan sebelah utara. Di sana banyak anggrek liar yang indah-indah. Aku meminta Jamal untuk memetiknya," ujar Ria sambil tersenyum," Indah kan bunganya."
"Aku kan sudah bilang kalian harus menjaga sikap. Bunga itu memang sengaja dibiarkan tumbuh, eh...kalian malah merusaknya," gerutuku sambil memandang mereka.
"Aku sudah mengingatkan mereka, Tia. Tapi Ria susah diatur," lapor Ina.
"Kamu ini kok marah-marah, Tia. Lagi pula aku hanya mengambil beberapa tangkai saja. Di hutan sana masih banyak, kok,' elak Ria.
"Terserah kalian sajalah. Semoga tidak akan dimarahi oleh para karyawan perkebunan," ujarku sambil terus berdoa. Perasaan tidak nyaman kembali muncul dalam hatiku.
Ada apa ini? Kok perasaan itu bertambah kuat muncul di hatiku.
"Andi, kok perasaan tdak enak itu datang lagi. Aku mersakan dingin di buku kudukku," ujarku pada Andi sambil berbisik.
"Sudahlah Tia. Semoga tidak ada apa-apa. Kita berdoa saja." Andi berbicara pelan," Ayo kita pulang sekarang. Nanti kita pulang kemalaman.
Aku mengajak teman-temanku untuk pulang sambil terus berdoa dalam hati. Setelah berpamitan pada para karyawan perkebunan kami pulang.