Jamal mengendarai mobil dengan kecepatan hanya 30km/jam saja. Dia tidak mau mengganggu pengguna jalan lain karena jalan yang kami lalui memang tidak terlalu lebar.
Entah kenapa tiba-tiba mobil oleng ke kiri. Ria berteriak keras.
"Ada apa Jamal?" tanyaku keras sambil berpegangan ke kursi.
"Entah, Tia. Aku tba-tiba tidak bisa mengendalikan setirku," ujar Jamal sambil terus mengendalikan setirnya ke arah kanan. Aku merasakan arah jalan mobil ini selalu oleng ke sebelah kiri.
"Hati-hati, Mal. Hentikan saja dulu mobilnya," ujar Andi dari bangku belakang.
"Mobil tidak bisa di rem! Awas!" teriak Jamal sambil menginjak rem, "Pegangan!"
Kemudian mobil oleng ke kiri dan jatuh ke dalam parit. Bagian kiri menimpa bebatuan parit dan kacanya berhamburan. Tubuh kami basah semua.
"Laillaha illallah!" Aku berteriak menyebut nama Allah. Teman-temanku saling bertindihan. Aku sendiri yang berada di sebelah kiri tertimpa tubuh Ina dan Bunga.
Beberapa penduduk yang berada tak jauh dari lokasi membantu kami. Kami keluar pelan-pelan dari depan mobil yang kacanya pecah berserakan. Ina, Ria, Bunga tampak menangis. Sedangkan Jamal dan yang lainnya berusaha membersihkan tubuh mereka dari pecahan kaca.
"Kalian tidak apa-apa?" tanyaku kepada teman-teman. Tubuhku masih gemetar dan shock dengan kejadian yang tiba-tiba itu.
"Subhanallah, Engkau Maha Penyayang ya Allah," lirihku saat melihat teman-temanku tak ada yang terluka. Hanya Ria yang tergores sedikit di bagian tangan terkena pecahan kaca.