Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Namaku Covid, Public Enemy #1 Sejak 2020

27 Juli 2021   18:11 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:13 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: corona broche.etsy.com

Parasymphatetic
Reproduksi berfungsi baik

Stress System juga mempengaruhi sel-sel yang tidak langsung terhubung dengan system saraf tulang belakang, antara lain sel imun, macrophage yang beredar dalam darah. System saraf gas dan rem ini juga berlaku juga pada macrophage. Cara Otak memerintahkan sel imun yang tidak terhubung dengan system saraf melalui Adrenegic receptor (noriephinephrine) yang berfungsi menaikan gas. Sebagai rem, otak akan mengirimkan sinyal sehingga receptor Cholinergic semakin bertambah.

RAAS dan Symphatetic keduanya berfungsi sama, akselerasi gas.

Autonomic Area

Kalau SNS aktivitasnya meningkat dan PSN turun, otak dapat mengalami neuroinflammation, di sana akan banyak ACE2, kalau terjadi di usus, bisa mengalami perenggangan usus (kebocoran usus) maka di usus akan banyak ACE2, di pencernaan ketika SNS meningkat maka ACE2 akan banyak muncul. Bayangkan jika ACE2 itu sedang dibajak Covid. Maka SNS akan naik terus tanpa ada rem.

Symphatetic tinggi karena stressor fisik dan stressor psikis. SNS hanyalah cerminan respon system stressor. Oleh karena itu Symphatetic tinggi yang tidak dapat diseimbangkan akan menyebabkan peningkatan inflamasi terus menerus, jika inflamasi terjadi di system pencernaan dapat mengakibatkan salah satunya, sindrom kebocoran pencernaan (leaky gut syndrome) akibat terjadi perenggangan.

Ingat, tubuh kita akan selalu berusaha melakukan keseimbangan. Jika pedal gas ditekan, baik melalui aktivasi RAAS atau Symphatetic (SNS), maka otak secara otomatis akan memerintahkan aktivasi autobrake. Semakin tinggi RAAS dan SNS (Ang2 meningkat), maka ACE2 juga akan semakin meningkat. Keseimbangan akan sulit tercapai, kenapa? karena ACE2 kalian kan aku bajak.

Part 5 -- Aku dan Mereka Yang Berkomorbid atau Lansia

Jika kalian amati banyak kasus fatalitas dialami oleh mereka yang memiliki komorbid atau usia lanjut. Tentu aku lah yang menjadi tertuduh utamanya. Aku harus mengakui data itu tidak salah, betul fatalitas lebih tinggi dialami mereka yang memiliki komorbid seperti penyakit paru kronis, cardiovascular pathologies, kidney disease, diabetes mellitus dan obesitas, atau usia lanjut (Kelompok Risiko Tinggi). Harus ada penjelasan ilmiah dibalik itu.  

Tahukah kalian apa hubungannya aku, Mr. Covid dengan komorbiditas. Benang merahnya ada pada aktivitas Symphatetic yang tinggi (gasnya tinggi) pada Kelompok Risiko Tinggi. Sesuai fitrahnya, setiap symphatetic meningkat, maka ACE2 pun bertambah meningkat. Ingat, aku si Mr. Covid membajak ACE2. Artinya ACE2 mengalami down regulasi alias rem blong.  Jadi yang menyebabkan fatalitas adalah stress yang meningkat dan tidak terjadi adaptasi (mal adaptasi).

Jadi jelas ya Kelompok Tinggi Risiko sudah mengalami kondisi aktivitas symphatetic yang tinggi dan saat aku, si Covid, menginfeksi, menyebabkan symphatetic/gas makin tinggi, sedangkan system remnya aku bajak, otomatis parasymphatetic menjadi makin rendah ditambah sytokine storm maka akan terjadi kondisi cardiac cardiopulmonary disfunction. Pertanyaannya, kalian masih mau menambah gas atau mau menambah remnya? Remnya kan sedang aku bajak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun