Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

-------------------- Meaning it!,

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

1.

5 Maret 2024   12:29 Diperbarui: 5 Maret 2024   12:31 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1.


Dan, ada lentik ranting di bukit itu;
Yang pernah satu menjadi tunas jari manisku dan manismu

Pada bukit lainnya di suatu selat yang air lautnya menyebrangkan semilir namamu
Mengkait dengung lebah lembah di telingaku
Kulihat di hamparan bukit di pekarangan rumahmu

Dan:
Yang terkubur mungkin mimpi bagimu

Tapi tidak segunduk tanah kubur;
Namun,
ranting itu bagiku pada wajah silam
Wajahmu yang dahulu
Dengan tujuh rupa kembang
Di bukit barisan yang menghiasi warna ranting
Yang menyatukan kepergian
Jari manisku dan jari manismu

Ada suatu firasat;
Di selat itu di bukit yang lain;
Gadis yang berdiri itu
Adalah dirimu yang kembali mekar
Pada panorama pulau
Di balik gunung Bromo

Yang menguburkan nama lain namamu
Dalam ingatan di lain waktu di masa dahulu

Sekarang ini kenapa selempang
Batik menjadi tabir bahumu yang dahulu
Lebam di akar kayu mahoni
Di tanah Kembahang.

5/3/2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun