Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | "If You're Not the One" (Tamat)

21 Januari 2019   18:41 Diperbarui: 21 Januari 2019   18:46 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest

"Ran, aku tidur di kamar Tante Wiwiek, di sana sementara Robby di kamar yang itu." Fira menjelaskan kepadaku dengan terbata-bata seraya menunjuk kamar dari mana Robby keluar.

Sejenak kurasakan duniaku berputar tidak karuan, ya Tuhan berikan aku kekuatan menghadapi ini, kenapa mesti begini. Aku hanya terdiam, sesaat kemudian aku memutuskan meninggalkan Fira. Melihat gelagatku, Fira langsung memegang tanganku, melarangku untuk pergi, dia mencoba menjelaskan segalanya kepadaku, tapi rasanya telingaku telah menjadi tuli karena rasa marah yang luar biasa. Aku tidak pernah menyangka Fira bisa berbuat seperti itu.

"Randy, jangan pergi. Dengar dulu penjelasanku. Aku nggak ada apa-apa sama Robby, sumpah Ran." Aku cuma melemparkan pandangan tidak percaya kepada Fira, aku sudah mulai mual." Fira menengok kearah Robby,

"Rob, lihat...ini semua gara-gara kamu. Ngapain juga kamu numpang nginep di sini segala, harusnya kan kamu cari penginapan sendiri dong. Kamu tiba-tiba muncul tengah malam di sini minta numpang nginap. Kamu lihat begini nih jadinya." Aku melihat kemarahan di mata Fira dan suaranya bergetar, tangisnya hampir pecah. Aku lihat sikap Robby jadi rikuh sendiri, kelihatannya diapun tidak siap dengan situasi seperti ini.

"Sudahlah Fir, kalau memang Robby sudah di sini lebih dulu, aku bisa pergi dari sini. Aku bisa menyingkir ke tempat lain, aku juga tidak ingin mengganggu acara kalian berdua." Dengan sinis kuucapkan semua itu.

"Ran, aku bilang aku nggak ngapa-ngapain sama Robby, dia itu tiba-tiba muncul di sini jam 11 malam dan minta numpang nginap hanya semalam ini saja karena dia mau lanjut lagi ke Lombok siang ini dengan teman-temannya yang sekarang menginap di Vila Amethyst yang bisa jalan kaki dari sini dan dia nggak kebagian kamar di sana. Sebenarnya aku nggak setuju dia menginap di sini tadi malam, tapi aku juga kasihan lihat dia nggak punya tempat untuk menginap sementara Vila ini punya banyak kamar kosong. Cuma itu Ran, bahkan aku nggak sempat ngobrol sama Robby. Tanya sama mbok Iyem kalau nggak percaya. Please...Ran."

Sejenak kami bertiga hanya duduk diam, aku benar-benar kehilangan kata-kata, terlalu shock melihat situasi seperti ini, surprise yang ingin kuberikan untuk Fira berakhir menjadi surprise bagiku sendiri, seperti mimpi buruk. Bagaimana mungkin aku sebodoh itu, kenapa aku tidak bisa membaca gelagat Fira dan Robby, kenapa aku bisa tidak menangkap kalau ada sesuatu di antara mereka selama ini.

"Kenapa kamu nggak kasih tau aku kalau Robby datang?" aku mulai menginterogasi, aku mesti tau seberapa parah semuanya sebelum aku mengambil keputusan.

"Dia datang setelah jam 11 malam dan dia cuma mau numpang tidur aja dan seharusnya jam 9 ini dia sudah keluar dari sini. Aku juga nggak kepikir mau menemani dia mengobrol karena aku sudah cukup sebal melihat dia datang ke sini. Terus terang aku bingung antara mau kasih tau kamu atau tidak, lantas aku putuskan tidak. Aku salah Ran, tidak memberi tahu kamu, tapi aku takut kamu salah sangka dan marah. Sementara kita kan berjauhan, aku nggak mau kamu jadi marah sama aku. Aku juga nggak pengen Robby di sini, bener kan Rob, kamu bilang tuh sama Randy kalau aku udah sempat menolak kamu nginep di sini tadi malam."

"Sorry boss...emang benar yang dibilang Fira. Gue emang nodong dia numpang nginep di sini tadi malam, masalahnya gue emang kepepet, gue mau nginep yang deket dengan temen-temen gue, soalnya mereka takut gue gak bisa dibangunin kalau jauh-jauh. Paling sebentar lagi mereka muncul kesini jemput gue."

Aku masih diam, pikiranku tak karuan. Aku cuma minta Fira pergi dari ruangan itu, aku perlu bicara berdua dengan Robby, aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun