Dalam kehidupan modern saat ini, seringkali kita dihadapkan pada dilema antara keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak barang dan jasa demi mencapai kebahagiaan pribadi, dengan kebahagiaan yang mungkin didapat dari berbagi dengan orang lain.Â
Dari sudut pandang ekonomi, konsep ini dapat dianalisis menggunakan beberapa prinsip dasar seperti utilitas, distribusi, dan kepuasan. Disini kita akan mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip tersebut berlaku dalam konteks "Lebih Anda Berbagi, Lebih Anda Bahagia" dibandingkan dengan "Lebih Anda Konsumsi, Lebih Anda Bahagia."
Utilitas dan Kebahagiaan Konsumen
Konsep utilitas dalam ekonomi merujuk pada kepuasan atau kebahagiaan yang didapat dari konsumsi barang dan jasa. Teori utilitas marginal yang diajukan oleh ekonom terkenal, seperti Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menyatakan bahwa kebahagiaan meningkat ketika utilitas marginal suatu barang atau jasa menurun seiring konsumsi yang bertambah.
Dalam konteks "Lebih Anda Konsumsi, Lebih Anda Bahagia," pendekatan ini menyiratkan bahwa semakin banyak barang dan jasa yang dikonsumsi seseorang, semakin tinggi tingkat kebahagiaannya. Namun, ada batasan pada konsep ini karena terdapat hukum kepuasan yang berlaku. Ini berarti, seiring bertambahnya konsumsi suatu barang atau jasa, tambahan utilitas atau kebahagiaan yang didapat akan semakin berkurang. Mungkin inilah pangkal dari gaya hedon. "Hedon" merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani kuno "" (hdon), yang berarti "kesenangan" atau "kenikmatan".Â
Dalam konteks modern, "hedon" atau "hedonisme" merujuk pada filsafat atau pandangan hidup yang menempatkan kesenangan atau kenikmatan sebagai tujuan utama dalam kehidupan manusia. Hedonisme mengajukan bahwa mencari kesenangan atau kenikmatan merupakan hal yang paling penting dan berharga dalam hidup, tanpa memperhatikan konsekuensi moral atau etika yang mungkin terlibat.
Di sisi lain, "Lebih Anda Berbagi, Lebih Anda Bahagia" menekankan bahwa kebahagiaan seseorang juga dapat meningkat melalui tindakan berbagi dengan orang lain.Â
Dalam konteks ekonomi, hal ini dapat dijelaskan dengan konsep utilitas interpersonal, di mana kebahagiaan individu tidak hanya bergantung pada konsumsi pribadi, tetapi juga pada kontribusi positif mereka terhadap kebahagiaan orang lain.Â
Konsep bahwa "berbagi membawa kebahagiaan" memiliki dasar yang kuat dalam psikologi manusia dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Ketika seseorang memilih untuk berbagi dengan orang lain, mereka tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada penerima, tetapi juga mengalami kepuasan dan kebahagiaan yang dalam dalam prosesnya. Oleh karena itu, tindakan berbagi dapat menjadi sumber kebahagiaan yang tak ternilai dan memberikan makna yang mendalam dalam kehidupan kita.
Distribusi dan Keadilan Sosial
Selain dari sudut pandang utilitas, distribusi juga menjadi faktor penting dalam menganalisis perbandingan antara konsumsi pribadi dan berbagi. Distribusi yang adil memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa kebahagiaan didistribusikan secara merata di masyarakat.