Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja yang Tak Dirindukan

24 Juni 2022   19:58 Diperbarui: 24 Juni 2022   21:17 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: google

Napasku semakin sesak. Air mataku membuncah, memaksa untuk keluar dari tempatnya saat ku sadar Ken kini telah pergi meninggalkanku.

Ken ...?

Apa benar ini tentang Ken?

Atau masih tentang dirinya?

Aku mengambil selembar foto usang yang tergeletak di atas nakas dengan kedua tanganku yang bergetar. Sekelebat kenangan kembali menguras kesadaranku.

"Ayo, kejar aku!" serunya yang terus berlari di bawah langit jingga menjauhiku.

"Rio ..., tunggu!" teriaku dengan napas terengah-engah.

Aku mengerahkan seluruh kekuatanku untuk mengejarnya. Namun tiba-tiba aku tersandung sebuah batu kecil hingga aku terjatuh. Dengan tergesa Rio berlari ke arahku, memeriksa kedua tangan dan kakiku hingga menemukan tetesan darah pada siku lengan kananku yang robek.

"Aw…!" rintihku meringis.

"Maafin aku, ca. Gara-gara aku kamu terluka," sesalnya.

"Ini bukan salah kamu. Aku saja yang tidak berhati-hati," jawabku tak ingin membuatnya merasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun