Duh, menulis ini kembali, rasanya ingin sekali menangis terharu. Bisa saja Miss A lepas tangan dan malah menyetujui agar saya segera hengkang dari sekolah tersebut.Â
Dipikirkan kembali, saya tidak memiliki kualitifikasi sebagai guru yang baik, karena saat itu tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang Montessori, dan yaa, bahasa Inggris nan hancur. Tapi Miss A masih mau mempertahankan saya, benar-benar hal yang mengharukan bagi saya.
Tidak hanya itu, ada seorang rekan kerja yang, maaf, bisa dibilang tingkat pendidikannya kurang memenuhi syarat untuk mendapatkan gaji UMR pada umumnya.Â
Kami sangat menyayangkannya karena rekan kerja tersebut sebenarnya sangat pintar dan mampu mengerjakan berbagai pekerjaan di sekolah tersebut.Â
Tidak pernah mengeluh tentang banyaknya pekerjaan, ditambah rasa mau belajarnya sangat besar sekali.
Melihat hal tersebut Miss A pun membujuk pemilik sekolah untuk mau menyekolahkan rekan kerja, supaya mendapatkan gaji yang lebih layak sesuai dengan pekerjaan dan kemampuannya.Â
Lama terjadi negosiasi antara Miss A dan pemilik sekolah, hingga akhirnya rekan kerja pun disekolahkan oleh pemilik sekolah, dan sepertinya gajinya pun turut dinaikkan.Â
Ini hanya dua kejadian yang saya ceritakan, karena sebenarnya masih banyak yang beliau lakukan untuk kesejahteraan karyawan, kalau saya ceritakan mungkin saya bisa menulis novel.
Pembelaan Miss A dan perlindungannya terhadap kami, benar-benar membuat kami menaruh rasa hormat sekaligus sayang.Â
Rasa haru selalu tersemat dihati kami, tapi beliau tidak pernah mengungkit apa saja yang beliau pernah lakukan pada kami.Â
Satu hal yang dimintanya, kami harus berdedikasi dan totalitas pada pekerjaan, termasuk menyayangi murid-murid seperti anak kami sendiri.