Kami tidak merasa disudutkan dan kesalahan pun dinilai secara objektif.Â
Peneguran yang dilakukan tanpa tahu sebab dan langsung tahu-tahu dimarahi, serta tidak diberikan solusi, malah menimbulkan rasa sebal dalam diri karyawan terhadap atasan, atau timbul pemikiran dari karyawan bahwa mereka dimarahi karena mungkin mood atasan sedang tidak baik saja. Akibatnya kesalahan yang sama bisa saja dilakukan kembali karena sang karyawan tidak paham letak kesalahannya.
3. Menciptakan suasana kompak antar karyawan
Saling membantu, saling mendukung dan saling berempati antar karyawan, benar-benar saya nikmati saat bekerja di sekolah tersebut.Â
Memang sih dari diri kaminya sendiri, para karyawan, juga memang sudah cocok satu sama lain, cuman ditambah lagi dengan sikap Miss A yang selalu mengakrabkan hubungan kami.Â
Untuk kinerja, beliau memang seringkali membandingkan kinerja satu guru dengan guru yang lain. Tapi bukan untuk menimbulkan rasa syirik, melainkan agar kami terpacu untuk menjadi lebih baik.Â
Rekan kerja yang sudah bagus kinerjanya, biasanya dengan senang hati mengajar guru lain yang belum bisa, tanpa bersikap sombong ataupun seperti menggurui. Kami sama sekali tidak pelit dalam berbagi ilmu dan saling memberikan pujian agar terus bersemangat meningkatkan diri.
Dengan begitu hubungan antar karyawan tidak sekedar untuk bersenang-senang saja, tapi saling membangun dan mendukung supaya kinerja kami lebih baik lagi.Â
Hasilnya, kami sendiri yang merasakan kebahagiaannya, anak murid bertambah banyak karena skill kami dari hari ke hari semakin baik, ditambah orang tua juga puas dengan kinerja para guru dalam mengajar anak-anaknya.
Tentu bertambahnya anak murid berdampak pada besaran gaji. HOHO...