Hening sesaat, Yuky hanya memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada bantal.
"Satu hal yang seharusnya kakak sesali, menolaknya mentah mentah padahal hati kakak sudah menunggunya selama ini.."
Titt.. sepertinya pulsa habis, saluran putus tiba tiba.
Hingga sekarang Yuky masih tenggelam dalam 'kegalauannya'. Salah, memang salah saat membohongi perasaan sendiri. Antara perasaan bersalah dan cinta. Jadi, ini benar benar akhir cerita Yuky?
Drreett... drreett..
Handphone ditangganya bergetar. Suatu panggilan tak diketauhi namanya menghubungi Yuky.
"Hello?.. hello?.. Aloha!!"
Masih hening, tidak bersuara. Hanya terdengar desiran angin. Hampir saja Yuky memencet tombol merah pada Handphone nya itu, tapi suara sworang pria mengejutkannya.
"Bisakah kau membuka jendela, dan lihatlah kebawah.."
"Mocca? Ini Mocca? Kau di sini? Tunngu, bagaimana caranya kau menelphone ku dan menemukan apartemenku? Jangan bilang kau menguntitku seperti dulu lagi!"
Terdengar tawaan kecil diujung sana. "Hanya itu yang bisa kulakukan agar dapat menemukanmu.. sekarang cepat buka jendela dan lihat ke bawah"