Mohon tunggu...
Mutiara Amelia Sabrina
Mutiara Amelia Sabrina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pelajar

Ikhtiar adalah jalan ninjaku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Reason

21 Januari 2020   20:38 Diperbarui: 24 Januari 2020   18:19 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengerti apa arti dari kalimat itu, Yuky menutup matanya. Lirikan yang tadinya tidak lepas dari wajah Mocca kini terlepas begitu saja. Ia berpaling dari hadapan Mocca. Mengganggpanya tak ada. Menganggapnya hanya hembusan angin belakak yang pergi begitu saja.

Begitu pula Mocca. Ia pergi tanpa melirik Yuky. Tidak menghiraukan bagaiman ekspresi Yuky saat melihat buku yang suda lama Mocca rangkai dengan kata kata manis penub kebohongan.

Ini konyol. Mereka pergi begitu saja tanpa kembali memperhatikan perasaan masing masing. Perasaan yang telah lama tersimpan hingga tak terasa.

we heart it
we heart it
***

Yuky sangat senang malam itu,ah.. entahlah. Memang membingungkan saat Mocca meminta Yuky untuk mengabaikanya, tapi ia memberikan buku itu seolah olah ia telah memperhatikan Yuky sejak lama. Banyak sekali kertas kertas kecil yang tertempel di dongen Alice in Wonderland, kata kata yang menggelitik hingga matanya tak henti kembali melirik kalimat kalimat itu.

Buktinya,sekarang bahkan saat ia sedang menggosok gigi,buku dongeng itu diletakan pada wastafel tempatnya menggosok gigi. Hingga busa berkumpul di mulut Yuky, ia masih tak henti membaca buku itu. Hingga suara adiknya Naomi memanggil manggil kakaknya dengan suara seperti sedang menahan sesuatu.


"Kak! Ce-cepetan! Aku.. hemmphh.. gak.. tahan lagi, aku mau.. pub!"

Seketika Yuky membuang busa yang sudah menggepul dalam mulutnya. Ah.. sial! Menjijikan sekali! , Yuky beregegas keluar dari kamar mandi.
"Hei! Cepat masuk! Jangan sampai.. dicelana! Jijik tau gak!"

"Kakak juga sih! Lama amat di kamar mandi.." keluh Naomi sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Yuky membaringkan tubuhnya dikasut. Buku dongeng itu kembali ia baca. Kini tidak benar benar ia baca, hanya memperhatikan halaman demi halaman, sambil memikirkan hal yang selama ini menjanggal dalam fikirannya. Benarkah buku ini untuknya? Jika memang tidak, lalu kenapa saat Mocca berhadapan dengan Yuky ditengah lapangan tadi , ia tidak berkata apa pun, padahal jelas jelas ia melihat Yuky menggenggam buku dongeng itu. Baiklah, ini sudah bulat, buku ini memang untuk Yuky. Ya, walaupun masih ragu, tali setidaknya Mocca tidak menyanggah Yuky bahwa buku itu tidak untuknya.

Pada part saat Alice memakan kue yang bertuliskan 'eat me', lalu ia tumbuh besar dengan cepat. Secarik kertas kembali berkata :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun