"Alkalamu huwa lafdu murokibu.." "wainturid ta'rifal ismi nakiroh..." "bismillahirrohmanirrohim inna fatahnaa laka fathan mubina..."Â
Dimalam yang tenang banyak para santri yang terjaga untuk menghafalkan nadhoman ada yang hafalan jurumiyah, imrithi, alfiyah dan ada juga yang menghafalkan Al-Qur'an dipondok pesantren At-Taqwa. Mereka tersebar di aula dan teras-teras asrama ada yang menghafal dengan posisi duduk, berdiri, berbaring dengan mata yang sudah akan menutup tapi mereka tetap berusaha untuk terjaga. Karena diwaktu tersebut adalah waktu yang mudah untuk menghafal dan belajar. Sementara itu dikamar firdaus lima seorang santri yang bernama Udin sedang tertidur tangannya meraba kearah samping kanan dimana tempat hamid tidur ia merasakan tidak ada orang disebelahnya hanya ada tikar yang membentang saja, kemudian Udin terbangun dan melihat hamid tidak ada dikamar kemudian ia melihat kearah jam, jarum pendek menunjuk keangka dua belas dan jarum panjang menunjuk keangka delapan. Kemudian ia menoleh ke sebelah kiri Haikal juga tidak ada di kamar. "nih orang-orang pada kemana sih?" gumam Udin, dan mata Udin terasa masih berat akhirnya ia memilih menjatuhkan kepalanya di lautan bantal dan berkelana didunia mimpi.
"ayo kang wungu... wungu... wungu..... solat malam kang!!" "tak....tak....tak...."
Jam dinding menunjukkan pukul 03.15 di jam tersebut kang-kang peribadatan siap menghoregkan kamar-kamar para santri yang masih tertidur dengan tongkat keramat yang selalu ia bawa kita oprak-oprak. Wungu adalah bahasa jawa krama inggil (krama halus) yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah bangun. "din... Udin bangun din... solat malam din.." hamid berusaha membangunkan Udin dengan menggerakan badan udin kekiri dan kekanan tapi Udin hanya menggeliat dan berkata "iya ntar gue bangun..." mata Udin masih saja terpejam "din... bangun ntar kang Sobri kesini!" Haikal juga berusaha membangunkan  Udin tapi sia-sia. Kang Sobri adalah kang-kang peribadatan yang paling ditakuti selain wajahnya yang tampak garang suaranya juga memekakkan telinga. Benar saja kang Sobri sudah memasuki kamar firdaus lima dan melihat udin masih tertidur sedangkan Haikal dan Hamid memutuskan untuk segera berangkat dari pada mendengarkan suara kang sobri yang akan memarahi Udin bisa-bisa nanti Haikal dan Hamid juga kena marah. "Udinnnn.......... Bangun....." Suara kang sobri yang menggelegar membuat udin tersentak dan ia segera bergegas mengambil sajadah, peci, dan sarung lalu berlari keluar kamar dan menuju ke tempat wudhu.
"Teng...." Kenteng dari pusat pesantren berbunyi, kenteng satu kali menandakan persiapan untuk berangkat sekolah. Sembari persiapan berangkat ke sekolah Udin bertanya kepada Haikal dan Hamid "kok bisa tadi pagi aku gak dibangunin?"
 "eh sekate-kate ente, lo tuh yang susah dibangunin" kata Hamid
 "emang iya, kok gue gak berasa dibangunin?" tanya Udin
"tau gitu kita rekam aja tadi pagi gimana kita bangunin lo" sahut Haikal kesal
"eh ya sorry, habis tadi pagi gue kesel gue ditakzir lagi sama kang Sobri gara-gara telat sholat malam. Hampir tiap hari lo aku ditakzir capek tauk" kata Udin mengungkapkan isi hatinya
"makanya kalo dibngunin itu ya bangun bukan malah ngorokk" kata Hamid.
"eh ngomong-ngomong kalian tadi malam kemana kok gua bangun jam... jam berapa ya...? Ah entahlah gue lupa jamnya pokok malam jam dua belas lebih kayaknya kalian kok gak ada dikamar" Â tanya Udin
"lima.....empat......." suara hitungan dari speaker terdengar oleh seluruh santri mengharuskan mereka bergegas untuk berangkat kesekolah "eh udah hitungan ayo... ayo... berangkat" kata Hamid mengajak teman-temannya untuk segera berangkat karena kalo telat bisa dijemur ditengah lapangan.
"jadi santri itu harus banyak-banyak tirakat, kalian tau to apa itu tirakat?" ustad Sholeh sedang mengajar dikelas sepuluh dengan pelajaran akhlak beliau terkenal sebagai ustad yang paling sepuh dan tegas dalam mengajar. "puasa ustadz" jawab salah seorang santri. "iya betul puasa itu salah satu bentuk dari tirakat tapi bukan Cuma puasa aja tirakat berasal dari bahasa Arab thariqah  yang berarti jalan atau cara. Jadi, tirakat itu jalan atau cara yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Cara yang dapat kalian lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu ada banyak seperti contoh puasa, sholat malam, membaca wirid, dan tirakat tidur" jawab ustad Sholeh. Kemudian, ada seorang santri yang mengangkat tangannya dan bertanya "ustadz... izin bertanya, maksudnya tirakat tidur itu gimana ustadz?" dan ustad sholeh menjawab "tirakat itu juga berasal dari kata taraka yang artinya meninggalkan. Jadi, tirakat bisa diartikan sebagai jalan (arqah) yang ditempuh dengan meninggalkan (taraka) hal-hal duniawi atau kesenangan hawa nafsu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Bagaimana hukumnya tidur?" ustadz sholeh bertanya pada seluruh santri "mubah ustad" jawab serentak para santri "betul hukum dari tidur adalah mubah atau boleh. Akan tetapi kita tidak boleh terlalu berlebihan melakukan perkara yang mubah seperti contoh makan, makan itu mubah tapi kalau terlalu bnyak makan juga nggak baik begitu pula dengan tidur kalau kalian kebanyakan tidur itu juga nggak baik. Jadi, gunakan waktu malam itu dengan berdzikir, belajar, sholat agar lebih mendekatkan kita pada sang khalik" penjelasan ustad sholeh membuat para santri mengagguk-anggukkan kepala pertanda bahwa mereka faham akan penjelasan ustadnya " "kring...." Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba para santri ada yang memilih untuk tidur dikelas dan ada yang pergi kekantin. Sedangkan Hamid dan Haikal memilih untuk tidur dikelas ketika mereka berdua akan merebahkan kepala dimeja tiba-tiba ada suara menyebut nama mereka "kal.., ham.." suara Udin membuat orang yang punya nama duduk tegak lagi. "apa" jawab mereka berdua secara bersamaan "kalian tadi malam dimana kok gak ada di kamar? " tanya Udin
 "aku di aula sama hamid" jawab Haikal
"ngapain malam-malam di Aula? Aku tadi malam bangun sekitar jam setengah satu lo. Emang kalian sampek jam berapa di aula?"
"jam setengah dua aku udah balik kekamar" jawab Hamid
"emang kalian ngapain diaula sampek malem kayak gitu?" udin bertanya lagi karena pertanyaanya ada yang belum terjawab
"kamu dengerin nggak tadi penjelasannya ustad Sholeh?" Hamid kembali bertanya
"dengerin" jawab Udin mantap.
"ya udah itu jawabannya" Hamid menjawab dengan singkat
"gimana sih maksudnya aku nggak paham"
"jadi gini lo din, tadikan ustad Sholeh menjelaskan tentang tirakat dan salah satunya itu ada yang namanya tirakat tidur. Tirakat tidur itu kan maksudnya kita terjaga untuk  melakukan ibadah agar bisa mendekatkan diri kepada Allah swt. Nah semalam itu kami..... " penjelasan haikal terpotong karena tiba-tiba udin berbicara
"oh aku tau, jadi kalian berdua tadi malam ibadah diaula iya kannn?" kata Udin sambil tanganya menunjuk kearah Hamid dan Haikal "Tapi Kalian ibadah apa diaula?" udin memotong penjelasan Haikal
"kami hafalan" jawab Hamid
"hafalan apa?" tanya udin lagi
"Nadhom Alfiyah, soalnya kan tanggal 16 setoran lima ratus nadhom" jawab hamid
"almaakkkk...." Kata udin sambil menepuk dahinya karena lupa akan tugas hafalan tersebut "aku lupa lagi, itu minggu depan ya? mana belum ada lima ratus nadhom hafalan ku" lanjut udin
"yaudah nanti malam ikut kita aja di aula" ajak Haikal
"tapi ngantuk lo kalo malem tu"
"yaudah kamu milih tidur malem atau milih gak naik kelas"
"iya deh iya" jawab Udin dengan nada memalas
****
Dimalam harinya selesai pengajian ba'dha 'isya para rekan-rekan santri kembali kekamar masing-masing "din nanti malam jadi ikut kan?" Haikal bertanya pada udin yang sedang menaruh kitab kedalam lemari "insyaallah ya" jawab Udin dengan mata yang sudah sayup-sayup seakan-akan ada sesuatu yang mengayuh-ayuh dimatanya "lah kok insyaallah sih din, katanya tadi mau ikut?" tanya Hamid dengan nada sedikit meninggi "gak taulah aku... ngantuk banget ini" kata Udin sambil ia mengambil bantalnya dan menaruhnya di atas tikar miliknya "ini maksudnya apa ini kok naruh bantal segala?" tanya Haikal "mau tidur bentar" jawab Udin yang akan menjatuhkan kepalanya dibantal "eitsss..... jangan" Haikal dan Hamid serempak mengatakannya sambil menahan tubuh Udin yang akan terbaring diatas tikar  "lo tuh kalo udah tidur susah dibanguninnya" protes Hamid "he'eh bener tuh" Haikal menambahi "bentar aja, ntar bangunin kalo mau hafalan" kata udin dengan mata yang sudah tertutup. Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 biasanya Haikal dan Hamid sudah menuju ke aula untuk menghafalakan nadhoman karena di jam tersebut para santri sudah banyak yang tidur sehingga suasana pesantren menjadi lebih tenang. Tapi, kali ini Haikal dan Hamid belum menuju ke aula Karena masih kesusahan membangunkan Udin yang begitu pulas tidurnya "Udin bangun din... udinnnnnn" teriak Hamid disamping telinga Udin tapi tidak ada pergerakan dari Udin "gimana ini kal, nggak bangun-bangun nih udin" lanjut Hamid yang sudah putus asa "bentar-bentar" kata Haikal sambil membuka botol yang berisikan air lalu menuangkannya ke tangan dan menyipratkannya tepat di wajah udin berkali-kali "wooooo.....wooowoo apaan ni" kata Udin sambil menangkal jatuhnya air kewajahnya dengan tangannya. Kemudian Haikal menghentikan aksinya dan Udin mengangkat kepalanya dari bantal dan duduk didepan mereka berdua "apa-apan lo kal basah semua ini, aisss bantalku juga basah itu lo" protes Udin dengan nada kesalnya "gampang besok gue jemur, sekarang ayo berangkat" ajak Haikal "kemana?" tanya udin bingung "hafalan Udinnn..." serempak haikal dan hamid yang sudah geram dengan Udin "oh iya, yaudah ayo"  kemudian  mereka berada diaula dan mencari tempat ternyaman masing-masing untuk menghafal. mereka mulai menghafalkan nadhoman dari bait satu kebait yang lain. Jam menunjukkan pukul 12.07 Haikal dan Hamid terlihat masih fokus hafalan disetiap baitnya sedangkan Udin ia terlihat sudah duduk dipojokan aula dan mata sudah mulai tertutup dan sesekali masih melihat nadhoman kemudian terlelap kemudian terbangun lagi karena ia hampir terjungkal kedepan kemudian terlelap lagi sampai begitu terus sampai entah berapa kali sampai akhirnya ia benar-benar terlelap dalam tidurnya dengan posis bersujud akan tetapi kakinya dalam posisi duduk bersila. "Udin, ayo pindah dikamar" Haikal membangunkannya dan Udin langsung terbangun dan hendak berdiri. Namun, saat menapakkan kakinya, ia merasakan seperti ada ribuan jarum kecil menusuk-nusuk. "adeh...adehh kal, kaki ku kal" kata Udin seperti akan terjatuh dan tangannya berpegangan pada lengan Haikal agar tetap berdiri "duduk dulu aja, selonjorin tuh kaki. Kesemutan kamu ini namanya" kata Haikal kemudian Haikal sengaja menyenggol kaki Udin yang kesemutan dan Udin semakin merintih kesakitan "aaaa sakit kal gila lu yaa" protes Udin. Haikal hanya tersenyum tipis kemudian datang Hamid dengan berlari kecil dan langsung memukul kaki Udin dan mengajak Udin pulang tanpa bersalah  "ayo din pulang" "Akhhhhh....." teriak Udin sekencang-kencangnya dengan sigap haikal langsung membungkam mulut Udin agar tidak membuat kebisingan sehingga memancing kemarahan pengurus Qism Al-Amni "sakit woiiii" rintih Udin setelah mulutnya telepas dari bungkaman tangan haikal. "Ini jam berapa sih?" tanya Udin yang masih menahan rasa kesemutan yang menjalar dikakinya "jam setengah dua" jawab Haikal "hah...cepet banget udah jam setengah dua gue baru dapet dua bait" kata Udin "lah elo dari tadi tidur aja sih" balas Hamid.
******
Bagi udin kini bait-bait nadhom yang dulunya terasa berat sekarang lebih mudah diingat. Hamid dan Haikal hanya dapat melihat dari jauh dan tersenyum bangga ketika mereka melihat Udin yang sekarang tekun menghafal tanpa gangguan. Udin mulai menemukan ritmenya sendiri, ia tidak memaksakan diri untuk menghafal di siang hari, saat pikirannya masih segar, jika ia merasa lelah di malam hari. Hari ujian telah tiba mereka bertiga duduk sambil mulutnya komat kamit melalar hafalan mereka. Mereka dipanggil satu per satu. Haikal dan Hamid menyelesaikan ujian dengan baik.
Tibalah giliran Udin. Ia melangkah maju dengan mantap. Udin mulai menyetorkan nadhomannya mulai bait pertama yang berlanjut ke bait selanjutnya dengan mata terpejam, Udin melantunkan setiap bait dengan lancar dan nyaris tanpa kesalahan. Di akhir ujian, ia berhasil melafalkan 523 bait nadhom. Angka itu melampaui target yang mereka bayangkan. Malam harinya, di kamar mereka, suasana penuh haru. Mereka bertiga sangat senang kemenangan yang dihasilkan dari perjuangan, motivasi, dan persahabatan yang benar-benar tulus. Akhirnya, sebagai syarat kenaikan kelas, Udin berhasil menyelesaikan tugas sekolah. Ia menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat, bahkan tidur bisa menjadi alasan untuk bermimpi. Ketiganya sekarang siap untuk menyambut tahun ajaran baru dengan bangga, menyadari bahwa persahabatan mereka telah menjadi kekuatan terbesar mereka untuk menghadapi semua kesulitan yang mungkin mereka temui.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI