Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Srintil dan Burung-Burung Pipit

5 Oktober 2022   13:17 Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:45 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku takut, saat kamu tidak menjadi pipit lagi, kamu berubah jadi kuda yang lepas dari kandang, Sri."

"Bukankah sekarang pun aku ini pipit yang bekerja keras bagai kuda, Bu?"

"Ummm."

"Aku hanya ingin menjadi aku yang dulu. Apa aku dulu kuda liar?"

"Bukan."

Tahun melesat ke tahun berikutnya. Secepat pukulan keras yang kerap Srintil rasakan. Tidak ada perubahan, termasuk luka-luka yang menganga, mengering, lalu berdarah lagi. Srintil semakin menderita di tempat yang ia sebut rumah. Akan tetapi, ia menolak rapuh. 

Srintil menjelma kembali menjadi manusia justru di saat ia bersimbah darah. Ketegasan pada diri sendiri menguatkan segenap persendian, membawanya keluar dari penjajahan. Srintil bangkit, terseok-seok keluar dari sangkar pipit. 

"Sampai bertemu di ruang sidang, Mas," ucap perempuan itu menutup cerita kelamnya. 

Harapan Srintil telah menjadi kenyataan. Ia bebas pergi ke mana pun. Menjalani kehidupan seperti masa gadis. Berkumpul dan bergembira bersama sahabat-sahabatnya. Kembali melanjutkan cita-cita yang pernah ia sematkan di langit sebelah barat. Tak lupa membebaskan pipit-pipit lain dari penjajahan atas nama agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun