Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur. Memiliki 24 judul buku solo ber-ISBN dan 158 judul antologi berbagai genre (beberapa masih _on process_).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Biarkan Burung Bertandang Bebas

7 April 2024   15:28 Diperbarui: 7 April 2024   15:41 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Biarkan Burung Bertandang Bebas

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu 

Panorama favorit spontan alami jika di rumah adalah banyaknya burung yang bersliweran dan bertandang sambil bersiul-siul merdu. Sesekali datang Prenjak (Cimblek) pewarta datangnya tamu, Trocokan, Kutilang, juga Pipit. Apalagi saat sepi pada pagi, tengah hari, pun sore kawanan burung liar datang serempak berbondong-bondong. 

 

Halaman menjadi riuh oleh burung gereja yang bertandang. Burung mungil itu bertingkah lucu bukan kepalang. Ada yang dhidhis cari kutu, bercumbu, atau berkejaran berlompatan dari dahan ke dahan. Ramai bercuit-cuit, terbang rendah bersliweran di sela dahan dan daun pohon buah-buahan yang tumbuh subur di halaman atau menerobos di antara rerumputan dan bayam yang tersebar liar. Dengan  atraktif bermanuver dan bersalto di udara, menukik tajam, lalu bertengger berdesakan di besi jemuran.

Juga memenuhi gundukan pasir sisa material pembangunan. Mandi pasir hangat (Jw: kipu) seolah puluhan bidadari turun ke bumi melakukan ritual mandi lulur ala spa saja! Sayapnya bergeletaran, paruhnya tak berhenti bercuit, bercanda, atau bertengkar berburu tempat paling nikmat! Gerak lincah dan celotehnya bikin geleng kepala. Benar-benar sajian sinetron alami yang aduhai!

Saat  pertama datang di Malang empat dasawarsa lalu, di sepanjang Jalan Ijen dan di lingkungan RS Soepraoen terlihat banyak sarang Manyar bergelantungan di pucuk daun palma. Sarang mirip canthing alat pembatik tulis itu menghiasi hampir tiap pelepah daun. Indah! Apalagi tingkah jenaka mereka. Si jantan pamer sarang istimewa buatannya pada betina cantik yang diincarnya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Musnah. Punah. Memuaskan rasa kangen ulah lucu burung ini, novelis Y.B. Mangunwijaya menuangkan dalam karya tenar yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, Burung-burung Manyar.

Di rumpun-rumpun bambu tepian sungai sekitar rumah penulis, sesekali masih terdengar jerit nyaring Sri Bombok atau disebut ruak-ruak yang mirip blekok hitam sedikit lebih kecil. Burung  ini pun makin jarang dijumpai di areal kota.

Burung langka, unik, dan pemalu ini diabadikan sebagai model lukisan Masmundari (alm) dari Surabaya. Christina Sandi putri tunggal Prof. Dr. Siusiana Kwelju (Universitas Negeri Malang) berhasil menyabet penghargaan dari UNEP (United Nation Environmental Program) dengan memperkenalkan Sri Bombok  di forum internasional. Burung  ruak-ruak ini harusnya dilindungi agar tetap eksis dan tak mengalami nasib buruk sebagaimana Manyar yang kabarnya tak lagi terdengar. Sementara, masyarakat dengan seenak perut menembakinya semena-mena. Kasihan, kan?

Sebenarnya Tuhan menciptakan dunia dengan segala isinya ini begitu indah, harmonis, dan sempurna. Namun, manusia sebagai ciptaan mahasempurna kurang memedulikan keberadaan sekitar sehingga harmoni yang semula membentuk simponi alam tersebut semakin tak seimbang.

Nasib malang juga dialami Burung Hantu (yang menjadi simbol pengetahuan). Burung  ini seringkali tinggal di gedung sekolah yang bertingkat. Tanda keberadaan burung  berupa sisa bangkai tikus dan kotorannya sering penulis jumpai di sotoh lantai dua sekolah tempat penulis berdinas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun