Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Srintil dan Burung-Burung Pipit

5 Oktober 2022   13:17 Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:45 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seharusnya Ibu bersyukur. Saya di sini sekarang. Di rumah ini bersama Ibu dan burung-burung itu. Bukan berubah jadi kuda liar seperti yang pernah Ibu khawatirkan."

Rukmini mendengkus lagi. "Ya, bersyukur," bisiknya kemudian.

Dua puluh tahun sebelum percakapan itu terjadi, dari seorang gadis cantik yang cerdas, Srintil menjelma menjadi pipit dengan sepasang sayap terlipat. Entah mantra apa yang dilafazkan suaminya tatkala ijab kabul. 

Orang-orang terdekat yang menyaksikan keanehan itu tidak bisa berbuat apa-apa. Srintil yang mereka lihat adalah seekor pipit lemah dalam genggaman erat sang mempelai pria. Bukan lagi Srintil yang mereka kenal. Asing. Teramat asing. 

Bapak dan ibunya sekuat hati menahan air mata serta penyesalan tak bertepi. Bagi mereka, Srintil bak sawah luas yang disesaki padi unggulan. 

Sayang sekali, tiba-tiba hama wereng menyerang tanpa ampun hanya beberapa pekan sebelum panen raya. Serbuan burung-burung pipit ke sawah--yang sempat mereka cemaskan--justru tidak terjadi. 

Jarak terjauh yang bisa Srintil tempuh hanya pintu pagar rumah. Sekuat tenaga ia berusaha meluruskan sayapnya yang terlipat. Namun, semua sia-sia. Sayap-sayapnya justru patah tanpa darah. 

"Saya ingin cerai," ucap Srintil pada kerabat yang menyambanginya.

"Kamu tau nggak, Sri? Kamu itu sedang membuat iblis-iblis sukses besar."

"Maksudnya?"

"Iblis-iblis berbagi tugas. Di antaranya ada yang bertugas memisahkan suami dan istri lewat perceraian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun