Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan Israel ke Gaza, Pelanggaran Hukum Internasional yang Terus Dibiarkan?

24 Maret 2025   10:55 Diperbarui: 24 Maret 2025   10:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi solidaritas Palestina dan mengecam terorisme Israel (Sumber: pojokasatu.id)

Serangan udara Israel ke Gaza pada 18 Maret 2025 kembali menambah daftar panjang kekerasan yang menewaskan warga sipil. Sedikitnya 50 orang terbunuh dalam serangan ini, menyusul bombardir sebelumnya yang telah merenggut nyawa sekitar 400 warga Palestina pada 16 Maret 2025. Siklus kekerasan yang terus berulang ini menegaskan bahwa konflik Israel-Palestina tetap menjadi salah satu tragedi kemanusiaan paling berdarah dalam sejarah modern.

Dalam eskalasi terbaru ini, Kantor PBB untuk Project Services (UNOPS) menjadi target serangan bom, menyebabkan satu pekerja tewas dan lima lainnya terluka. Kepala UNOPS, Jorge Moreira da Silva, mengecam tindakan Israel dan menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional. Namun, kecaman ini hanya menambah panjang daftar kutukan yang tampaknya tidak berpengaruh pada tindakan Israel di lapangan.

Sejak Oktober 2023, sebanyak 280 pekerja PBB telah tewas akibat serangan Israel di Gaza. Kehadiran organisasi internasional yang bertugas dalam bantuan kemanusiaan tidak menjadi jaminan keselamatan, apalagi bagi warga sipil yang hidup di bawah ancaman konstan. Serangan terhadap fasilitas kemanusiaan ini semakin menunjukkan pola serangan yang sistematis dan tanpa batas moral.

Ketika bom menghancurkan rumah sakit dan kantor kemanusiaan, bukan hanya bangunan yang runtuh tetapi juga harapan akan keadilan dan perdamaian.

Dari sudut pandang studi perdamaian, eskalasi konflik ini menegaskan dinamika perang asimetris yang semakin kompleks. Israel sebagai kekuatan negara dengan superioritas militer menghadapi Hamas yang mengandalkan strategi perang kota dan perlawanan tidak konvensional. Kondisi ini menciptakan ketidakseimbangan kekuatan yang terus berulang dalam konflik berkepanjangan.

Perang asimetris yang terjadi di Gaza memperlihatkan pola serangan udara Israel yang menargetkan infrastruktur sipil, dengan dalih menghancurkan sumber daya Hamas. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa penghancuran ini justru memperkuat militansi dan meningkatkan dukungan terhadap Hamas dari populasi lokal yang semakin teralienasi dari proses perdamaian.

Di sisi lain, Hamas tampaknya masih mempertimbangkan respons strategis mereka. Belum adanya perlawanan yang signifikan dari Hamas terhadap serangan terakhir ini mengindikasikan bahwa mereka tengah melakukan analisis mendalam untuk menentukan apakah akan melanjutkan perang dalam skala besar atau tetap pada strategi bertahan jangka panjang.

Salah satu aspek penting dalam resolusi konflik adalah adanya upaya negosiasi dan diplomasi yang berkelanjutan. Namun, hingga kini, proses perdamaian seolah menemui jalan buntu. Israel tetap mendapat dukungan politik dan militer dari sekutunya, sementara Palestina semakin terisolasi dengan opsi diplomatik yang kian menyempit.

Keputusan Israel untuk mencoba melakukan serangan darat ke Gaza bisa menjadi titik balik yang menentukan dalam eskalasi ini. Hamas, dengan pengalaman panjang dalam perang kota, memiliki keunggulan dalam menghadapi pasukan darat Israel di lingkungan urban yang penuh jebakan dan taktik gerilya.

Perang kota di Gaza telah membuktikan efektivitas strategi Hamas dalam menghadapi pasukan Israel pada konflik sebelumnya. Jalan-jalan sempit, terowongan bawah tanah, serta medan yang dikuasai Hamas dapat menjadi jebakan mematikan bagi tentara Israel. Jika Israel memaksakan serangan darat, mereka berisiko mengalami kerugian besar, seperti yang terjadi pada perang-perang sebelumnya.

Konflik ini juga memperlihatkan ketidakberdayaan komunitas internasional dalam menegakkan hukum humaniter internasional. Serangan terhadap fasilitas PBB seharusnya menjadi alarm serius bagi dunia bahwa pelanggaran hukum internasional telah mencapai tingkat yang lebih brutal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun