Tapi kalau Anda tiba-tiba menang, seluruh penonton bersorak-sorai untuk Anda, juri bertepuk jidat melihat keuletan Anda dalam berargumen. Ya sudah, Anda malah jadi super duper bahagia, bersyukur, dan mulai tertawa bingah atas kemenangan itu.
Karena alasan yang jelas, Anda telah melewati ekspektasi Anda.
Seringkali, kita terlalu khawatir, lebay, dan berlebihan atas realita yang terjadi. Pada akhirnya kelebayan kita menjadi sebuah kecemasan yang menyiksa tanpa ada solusi.
Saya tidak pernah memercayai Dewi Keberuntungan, bahkan ketika ia tampak ramah kepada saya. Semua berkah dan rezeki yang diberikannya kepada saya (uang. jabatan, kekuasaan), saya tempatkan sedemikian rupa sehingga Ia bisa mengambilnya kembali tanpa mengganggu saya. Saya menjaga jarak yang lebar dengan segala berkah tersebut, agar Ia bisa mengambilnya baik-baik, bukan merenggut paksa dari saya (Seneca)
Ini yang saya sebut sebagai seni dalam berpikir negatif.
Kita harus sengaja berpikir negatif di awal untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang mungkin menimpa kita. Jika memang demikian yang terjadi, mulailah berpikir positif untuk mengambil makna, nilai, atau moral dari hal buruk tersebut.
Ini akan mengantarkan kita pada sebuah ke-bodo amatan akan hal-hal yang berada di luar kendali kita dan memaksimalkan hal-hal yang berada dalam jangkauan kita.
Jadi, kenapa kita begitu gelisah terhadap sesuatu yang berada di luar kendali kita? Bukankah ini terlalu lebay?
Saya masih ingin blak-blakan tentang hal ini. Sayangnya, ini akan menjadi tulisan paling membosankan sepanjang sejarah jika terlalu panjang lebar.
Dari saya, selamat hari kesehatan mental sedunia.
Aww.. manis sekali!