Terima saja. Biarkan realita terjadi sebagaimana adanya.
Dan cara yang paling sehat adalah mengakui bahwa realita tidak selalu sama dengan yang kita harapkan.
Pasrah pada Keadaan?
Dikotomi kendali tidak mengajarkan kita untuk pasrah pada keadaan. Tidak sama sekali.
Ini mengajak kita untuk menerima realita terjadi sebagaimana adanya. Dan kita, dapat dengan merdeka menentukan pikiran dan persepsi kita terhadap realita tersebut. Karena jelas, persepsi kita ada dalam kendali kita.
Bayangkan seekor anjing yang terikat lehernya ke sebuah gerobak. Saat gerobak bergerak, anjing ini punya dua pilihan.
Pertama, dia bisa ngotot pergi berlawanan arah dengan gerobak, dengan konsekuensi dia kelelahan, lehernya semakin tercekik, habis nafas, mati.
Kedua, dia bisa memilih untuk berjalan mengikuti ke mana si gerobak membawanya pergi, dengan hasil dia bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan, melihat anjing betina untuk diajak bergenit ria, atau menikmati angin sepoy-sepoy di sepanjang jalan.
Mungkin agak kikuk membandingkan anjing dan manusia.Â
Tapi poinnya adalah, seburuk apapun realita yang terjadi, kita bisa merdeka menentukan persepsi atau penilaian kita terhadap realita tersebut.
Anda baru saja di-PHK dari tempat kerja? Anda bisa bebas menentukan penilaian Anda. Apakah Anda menganggap itu sebuah bukti bahwa Anda payah, lemah, atau idiot, dengan konsekuensi Anda akan stres atas persepsi itu.
Baca juga: Berpikir Positif Vs Berpikir Negatif di Masa Pandemi