Atau Anda memandang bahwa hal tersebut merupakan kesempatan Anda mencari kerjaan lain yang sesuai dengan kenyamanan Anda, atau membuka bisnis online dari pesangon yang Anda terima, atau memutuskan untuk menjadi seorang dropshipper yang tanpa modal.
Dipecat dari pekerjaan memang menyebalkan. Tapi dengan persepsi yang sesuai, Anda tidak akan pernah gelisah atas hal itu.
"Lho, bukannya judul tulisan ini membahas mengenai negative thinking. Kenapa malah nyuruh positive thinking?"
Tetap tenang, bung, karena ini bukan akhir dari tulisan ini.Â
Lagi pun, saya tidak memberikan contoh dari berpikir positif. Tapi contoh bahwa biang kerok ketidakbahagiaan kita bisa disebabkan karena persepsi kita sendiri. Sebab kita seringkali meratapi hal-hal yang ada di luar kendali kita, dan tidak sadar akan hal-hal yang ada dalam kendali kita.
Berpikir Negatif untuk 'Imunisasi' Mental
Awali setiap hari dengan berkata pada diri sendiri: hari ini saya akan menemui kegagalan, orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, hinaan, ketidaksetiaan, niat buruk, dan keegoisan--semua itu karena pelakunya tidak mengerti (ignorant) apa yang baik dan buruk. (Marcus Aurelius)
Secara kasarnya, Marcus Aurelius mengajak kita untuk sengaja berpikir negatif.Â
Jangan dulu ditelan, bung!
Mari kita kembali ke dikotomi kendali. Sebagian hal ada di dalam kendali kita, sebagian lain tidak dalam kendali kita.
Selain kita ingin menghindari ketidaknyamanan, kita juga sering dibuat jengkel oleh hal-hal menyebalkan yang tidak kita duga (unexpected).
Contoh, setiap menuju kampus atau kantor, kita harus melalui jalan yang sama dan menerobos kemacetan. Kemacetan ini tidak terlalu menyebalkan kalau kita sudah memprediksinya, atau bahkan mengantisipasinya.Â