Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Seni untuk Berpikir Negatif

10 Oktober 2020   11:37 Diperbarui: 3 Juni 2021   07:29 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari untuk Sengaja Berpikir Negatif atau Negative Thinking!

Baca juga: Sisi Positif Berpikir Negatif

Memangnya Kenapa ...?

Setelah memahami sebuah "seni" dalam berpikir negatif, kita selanjutnya dibawa pada sebuah renungan, "memangnya kenapa ...?"

Misalnya, Anda akan mengikuti lomba debat. Daripada membayangkan Anda akan menang, argumen Anda bagus, dan lawan mulai sujud menyembah Anda; lebih baik bayangkan bagaimana jika Anda kalah dan argumen Anda dibabat habis oleh lawan.

Dari kesengajaan Anda untuk berpikir negatif ini, Anda harus mencari kemungkinan argumen apa saja yang akan diangkat oleh lawan sehingga Anda dapat menyanggahnya, dan pikirkan, kira-kira apa yang akan lawan sanggah terhadap argumen yang Anda sampaikan.

Cari skenario terburuknya!

Seandainya Anda benar-benar kalah, argumen Anda dibantai habis oleh lawan; Anda tidak akan terlalu kaget. Dan tidak akan sekecewa itu.


Iya lah, toh ekspektasi Anda juga sudah buruk dari awal.

Kemudian, renungkan! Memangnya kenapa kalau Anda kalah?

Apakah Anda akan malu? Ya sudah, memangnya kenapa kalau Anda malu? Menang atau kalah itu kan ada di luar kendali Anda. Lagi pun, Anda akan banyak belajar hal baru dari lomba debat itu. 

Apakah Anda akan dibenci orang-orang? Ya sudah, memangnya kenapa kalau Anda dibenci? Toh Anda hidup bukan untuk membuat orang lain mencintai Anda. Tuhan pun tidak menjadi benci kepada Anda.

Terus renungkan. Sampai Anda menyadari: bahwa segala kecemasan yang Anda hadapi selama ini hanya disebabkan oleh persepsi diri kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun