Baca juga: Sisi Positif Berpikir Negatif
Memangnya Kenapa ...?
Setelah memahami sebuah "seni" dalam berpikir negatif, kita selanjutnya dibawa pada sebuah renungan, "memangnya kenapa ...?"
Misalnya, Anda akan mengikuti lomba debat. Daripada membayangkan Anda akan menang, argumen Anda bagus, dan lawan mulai sujud menyembah Anda; lebih baik bayangkan bagaimana jika Anda kalah dan argumen Anda dibabat habis oleh lawan.
Dari kesengajaan Anda untuk berpikir negatif ini, Anda harus mencari kemungkinan argumen apa saja yang akan diangkat oleh lawan sehingga Anda dapat menyanggahnya, dan pikirkan, kira-kira apa yang akan lawan sanggah terhadap argumen yang Anda sampaikan.
Cari skenario terburuknya!
Seandainya Anda benar-benar kalah, argumen Anda dibantai habis oleh lawan; Anda tidak akan terlalu kaget. Dan tidak akan sekecewa itu.
Iya lah, toh ekspektasi Anda juga sudah buruk dari awal.
Kemudian, renungkan! Memangnya kenapa kalau Anda kalah?
Apakah Anda akan malu? Ya sudah, memangnya kenapa kalau Anda malu? Menang atau kalah itu kan ada di luar kendali Anda. Lagi pun, Anda akan banyak belajar hal baru dari lomba debat itu.Â
Apakah Anda akan dibenci orang-orang? Ya sudah, memangnya kenapa kalau Anda dibenci? Toh Anda hidup bukan untuk membuat orang lain mencintai Anda. Tuhan pun tidak menjadi benci kepada Anda.
Terus renungkan. Sampai Anda menyadari: bahwa segala kecemasan yang Anda hadapi selama ini hanya disebabkan oleh persepsi diri kita sendiri.Â