Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia Lintang

1 Juli 2020   05:58 Diperbarui: 1 Juli 2020   05:57 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lintang duduk menjauh beberapa depa dari Rudi. Laki-laki itu mengganti ban dengan cekatan, tangan kekarnya nampak sudah terlatih.

Lintang bergidik mrmbayangkan bagaimana tangan kekar itu pernah mencoba menjamahnya, untung Lintang berhasil melarikan diri. Entah kekuatan apa yang membawanya kabur waktu itu..

Tiba-tiba Lintang teringat pada sosok misterius yang dulu selalu membantunya, sosok yang pernah hadir sebagai malaikat penolong saat dirinya hampir jadi bulan-bulanan Rudi, sosok makhluk astral yang sekilas mirip dengan Remund...

Ahhh.., tapi makhluk astral itu tak pernah muncul lagi, entah.., tiba-tiba Lintang merindukan sosok tampan si makhluk astral.

"Sudah selesai, Sayang." Rudi membuyarkan lamunan Lintang.

"Ehhh.. Iya," ujar Lintang tergagap.

"Nah, ketahuan lagi ngelamun, ya," goda Rudi genit.

"Terima kasih, Mas," ucap Lintang mengalihkan perhatian,

"Ngobrol dulu, yuk! Mas Kangen," ajak Rudi. Sebenarnya Lintang ingin segera berlalu dari hadapan laki-laki itu, tapi rasanya nggak sopan jika berlalu begitu saja.

Rudi memesan dua botol minuman dan menyerah kan pada Lintang. Lalu mengambil tempat duduk di sebelahnya. Lintang bergeser waspada, bagaimanapun ia masih trauma.

"Mas minta maaf ya atas kejadian waktu itu." Rudi membuka percakapan. Lintang hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun