Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia Lintang

1 Juli 2020   05:58 Diperbarui: 1 Juli 2020   05:57 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lintang merasakan darahnya mengalir berdesir-desir, hatinya mendadak riuh, jantungnya melonjak-lonjak berdegup  kencang riuh gemuruh bak genderang perang. Lintang tahu tempat ini tempat yang mahal, pun istimewa, ia mengenal tempat ini, tak sadar ia menggeleng, menepis kenangan. Ini tidak mungkin.

Seorang pramusajj menyambut mereka, memberi salam dan
sapa dengan keramahan luar biasa. Mereka diantar langsung menuju halaman belakang Villa dengan kolam renang bernaungkan langit malam. Di hadapannya tepat  terhampar pegunungan dengan kelap kelip lampu sepanjang lereng, melingkar seperti kalung dengan untaian berlian nan indah.

Berbagai menu makanan berdatangan, terhidang di atas meja. Makanan ini mengingatkan pada seseorang,  hati Lintang berdesir, sekali lagi, tidak mungkin.

"Apakah ada tambahan menu yang akan dipesan?" tanya pramusaji tersenyum.

"Hmmm sepertinya tidak, Ini sudah lebih dari cukup." Sitha menjawab  

Tiba-tiba mata Lintang tertuju pada sosok yang baru datang, Lintang mengernyit kening. Perasaannya semakin tak keruan, ada apa ini sebenarnya? Anggie, Chelsea dan Bobby juga didatangkan, Gischa dan Anan, semua dikumpulkan dalam sebuah jamuan makan
malam besar, dengan formasi lengkap.

Lintang mengerjapkan mata berulang kali ketika matanya menatap sosok seorang laki-laki yang berdiri di dekat kolam renang.

"Rudi," desisnya lirih

'Mau apa dia di sana? Apakah kejutan itu Rudi?  Ah.., semoga bukan. Tapi jika bukan Rudi lalu siapa? Bagaimana jika benar-benar Rudi? Ah.. semoga jangan..' Lintang berdebat dengan hatinya, rasanya saat itu ia ingin berlari meninggalkan tempat, tak sanggup membayangkan jika kejutan yang dimaksud benar-benar Rudi.

Lintang hendak berdiri, ketika sekonyong-konyong indra penciumannya mendeteksi harum maskulin yang begitu ia kenal. Harum yang mengingatkan pada masa lalu dari arah belakang tempat duduknya. Lintang mengejang, meremas tisu dalam genggaman tangannya yang bergetar, kedua matanya terpejam. Tanpa sadar Lintang
menghirup dalam-dalam hingga memenuhi paru-paru. Harum itu.. Lintang ingin sekali menoleh ke belakang, tapi ia takut tidak siap menerima kejutan lainnya.

"Assalamualaikum, selamat malam semuanya." Suara bariton itu menggema, membuat Lintang benar-benar bergetar, inikah kejutan yang dinanti? Ah pasti bukan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun