Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia Lintang

1 Juli 2020   05:58 Diperbarui: 1 Juli 2020   05:57 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sitha memeluk Lintang, menggenggam tangannya lembut.

"Kita berdua sangat menyayangimu, kita berdua ingin kamu bahagia, tolong pertimbangan karena kalau dia bukan orang baik, kita juga nggak akan  menyampaikan padamu," ujar Sitha.

Gischa mendekat, memeluk Lintang dari belakang, dan merebahkan kepala Lintang dalam pelukannya.

" Kamu ingat ketika aku memintamu menikah dengan mas Anan?" Gischa merasakan Lintang mengangguk dalam pelukannya.

"Semata karena aku tahu kamu perempuan yang baik, kamu berhak bahagia setelah banyak perjalanan luka yang kamu lewati."

"Dan kali ini, kita berdua benar-benar berharap kamu mau mempertimbangkan, kita berdua berharap setelah ini tak ada lagi air mata di wajah kamu."

Butuh beberapa menit untuk mengalahkan ego, hingga akhirnya Lintang mengangguk.

"Beri aku waktu untuk berpikir, ya," pinta Lintang.

"Alhamdulillah," serempak Sitha dan Gischa merasa lega

"Istikharah, dan minta petunjuk Allah. Yakini semua yang terbaik dari-Nya." Gischa dan Sitha pamit, hujan mulai reda meninggalkan genangan.

Senjapun mulai beranjak ke peraduan dilengserkan gulita malam. Lintang menatap photo Remund, hatinya getir. Kedua temannya benar, tak ada guna meratapi yang sudah pergi, cukup mengenang lewat dedoa karena hidup harus berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun