Seorang perawat masuk, memeriksa kondisi Gischa lalu nampak tersenyum lega.
"Alhamdulillah Ibu sudah bangun. Selamat datang kembali ya, Bu." Perawat itu mencatat sesuatu, Â memastikan sekali lagi kondisi Gischa lalu menelepon Dokter Sonya.
Tak lama Dokter Sonya tergopoh-gopoh masuk.
"Selamat datang kembali, Bu. Akhirnya Ibu bisa melewati masa kritis setelah koma lebih enam minggu."
"Koma? Enam minggu?" Gischa menatap suaminya mencari pembenaran, ia merasa baru tidur sebentar. Anan hanya mengangguk sambil mengelus kepala istrinya.
Anan mulai meningkatkan amalan-amalan ibadahnya. Mulai sering menghabiskan malamnya dengan bercengkerama dengan sang Penguasa Alam. Ia menemukan ketenangan dan untuk pertama kalinya ia merasakan betapa ikhlas dan berserah diri itu begitu nikmat.
Seiring kondisi Gischa yang pelahan terus membaik. Ia mulai bisa menggerakkan tubuhnya yang lain. Satu persatu alat bantu mulai dilepas, Ia juga mulai belajar bagaimana menghirup udara lagi.
Awalnya ventilator dilepas selama tiga puluh detik untuk mencoba bernapas sendiri. Lalu dipasang lagi tiga puluh detik, demikian seterusnya. Menurutnya itu merupakan hal tersulit yang pernah ia lakukan.
Lalu dokter berangsur-angsur menjauhkan dari ventilator hingga paru-parunya cukup kuat.
Seminggu kemudian Gischa dipindahkan ke ruang perawatan. Dan mulai berlatih menggerakkan anggota badannya. Ia harus bekerja keras untuk memperkuat otot lengan dan kemampuan motorik halusnya
Gischa mulai benar-benar bisa menggetakkan anggota tubuhnya dengan normal dalam waktu tiga bulan. Kecuali dari pinggul ke bawah. Dokter mengatakan syaraf bagian tulang belakang mengalami kerusakan yang lebih parah sehingga butuh waktu lebih lama untuk pulih.
Gischa lalu dipindahkan bagian Fisiotetapi untuk menjalani Fisioterapi intensif. Setelah dirawat hampir sepuluh bulan di rumah sakit, akhirnya Gischa  diperbolehkan pulang, namun tetap masih harus menggunakan kursi roda.