Ternyata Jangga tak hanya lincah di panggung, dia pun lincah meliuk di antara celah sempit kendaraan yang merayap dalam kepadatan lalu lintas. Sesekali aku terkejut, hingga reflek mencengkeram pinggangnya kala mesin beroda dua itu melewati jalanan bergelombang. Â Jangga seperti tak menyiakan kesempatan, tangannya mendekapkan tanganku di perut datarnya, jantungku makin tak karuan, desiran-desiran halus tak mampu lagi kusembunyikan, dan jangan ditanya perasaanku, seperti melambung di awan ....
Sore itu setiba di rumah, aku mendapati seikat anyelir di depan pintu masuk. Aku menyapu pandangn ke sekeliling, mencari tahu siapa empunya bunga beraroma lembut itu Sebuah amplob merah muda terselip.
Gemetar dan berdebar perlahan kubuka, jemariku menyusur ke bawah mencari sebuah nama yang kuyakin sipemilik benda misterius.
Terbaca sebuah nama, yang membuatku memekik girang. Seketika jantungku bertalu seperti kendang yang ditabuh serampangan. Kudekap dan kucium berulang, meski belum tahu isinya, tapi benda segiempat beraroma anyelir itu telah membuatku melayang.
Terima kasih untuk hari ini, hanya satu kalimat yang ingin kuucap, aku ingin memainkan nada-nada cinta, agar terus berdenting dalam melodi cinta untuk Pujangga, akankan denting nada cintaku bersambut ....
Isi yang singkat dan lugas tanpa rayu dan basa basi. Pujangga memang unik, tapi aku bisa merasakan kesungguhan perasaannya, laki-laki dengan penampilan nyentrik itu tak main-main dengan hatinya. Sekali lagi kudekap amplob bergambar hati.
'Aku janji akan menjadi Denting Nada cinta untukmu, dan akan kujaga agar gemerincing iramanya selalu mengiringi  kita berdendang di pelataran cinta.' bisikku dengan rasa yang berbunga-bunga.
Sidoarjo, 16 Januari 2022