Mentari senantiasa menyinari bumi Sama halnya seperti dia Yang senantiasa menyinari hati Menyinari hati dengan berbagai warna
Sudahilah, pujangga. Jangan kau hinakan sastra indahmu sebagai permohonan
Sang pujangga itu sedang meramu racun berbahan ekpektasi. Semua akan sakau dalam khayal mematikan digaris cinta yang hanya singgah pada ilusi.
Puisi tetap memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia di masa kini.
Sebuah puisi yang mengkisahkan Karya Pujangga Banyumas Achmad Tohari
Aku bukanlah pujangan yang pandai merangkai diksi kulakukan dengan perjuangan menjadi rangkaian puisi
Apa dengan diam dapat menghilangkan dan menyelesaikan masalah?
Salah satu sumber mata air puisi paling ampuh adalah rindu
"Jangan Rindu berat, biarkan ................"
Jiwa perkasamu Bersemayam dalam hati mengalir dalam nadi dan merata dalam darahmu kobarkan smangat dalam gerak langkahmu
Saat saya bercakap-cakap dengan teman-teman di kantor, saya bertanya untuk sekedar tahu aktivitas liburan dalam rangka cuti bersama
Puisi Kecewa, tentang terlalu berharap pada orang yang salah.
Cinta yang indah selalu dipuja, warna warni dunia perhiasan dunia
Kelanaku berhenti, papasan meriam tinggi terbentang, siap hendak menembak
Ketika lantunan do'a menyemai tangis.
Kau tahu. Segala rasa yang ada yersimpan di sudut hati
Aku rindu membaca bait kisahmu Aku rindu hanyut dalam hamparan romansamu Segeralah kembali
Puisi ini tak sengaja lewat di pikiran saya, pagi tadi ... bersama kopi panas di tengah cuaca mendung. Mengingatkan saya pada seorang Pujangga.
Pujangga kata kian merindu, beradu dan mencumbu pilu Mengingat-ngingat rumah rahim syahdu.