Mohon tunggu...
Mudjilestari
Mudjilestari Mohon Tunggu... Freelancer - Author motivator and mompreneur

Author, motivator, and mompreneur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Denting Nada Cinta Pujangga

16 Januari 2022   20:04 Diperbarui: 16 Januari 2022   20:10 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/denting/photo/pixabay

"Hebat, karyamu lumayan bagus untuk ukuran seorang anak SMA." Laki-laki itu menganggukan kepala. Aku mencebik mendengar dia berkali-kali menyebutku anak SMA. Jangga tertawa, berhasil mengulik hingga membuatku sebal.

"Oya, kalau nggak keberatan kapan-kapan kolab, yuk!" Jangga menawarkan. "Aku mendapat tawaran untuk mengisi Teater Remaja di sebuah media. Sepertinya tulisanmu cukup menarik untuk diangkat menjadi drama."

"Mau ... mau," jawabku antusias. Tentu saja aku girang, kapan lagi bisa mengenalnya lebih jauh, meski nantinya banyak cemooh yang singgahnya. Kalau teman-teman seusiaku sibuk mencari perhatian pada ketua Osis, pemain Basket, atau pejuang karya tulis ilmiah, hatiku justru tertambat pada Pujangga, mahasiswa seni teater, yang penampilannya nyentrik dengan rambut ikal sebahu dan selalu dikuncir ekor kuda. Ahhh, masa bodoh!  Aku Nada ... penulis yang lahir dari rahim seorang pemain lenong, bagiku dunia penulis seperti juga dunia pemain panggung, penuh  sandiwara ... dan hanya kita yang tahu peran yang sedang kita mainkan.

*

Siang begitu terik membakar, aku melangkah keluar halaman sekolah ketika seseorang menepuk bahuku.

"Jangga," pekikku kaget, "Darimana kamu tahu sekolahku?" Laki-laki berlesung pipi itu tertawa lebar.

"Sudah kubilang aku pernah liat pementasan puisimu," ujarnya dengan tawa makin lebar.

"Hmmm, iya, sih! Trus Kamu ngapain ke sekolahku?" Aku masih penasaran, debar di dada kembali berdentum-dentum.

"Kebetulan aku lewat dekat sini, siang ini ada pementasan teater di Balai Kota. Mau ikut?" Jangga memutar-mutar bola matanya kocak.

"Eh, mau, dong!" jawabku cepat.

"Yuk!" Dia berjalan mendahului, menuju tempat Ninjanya di parkir. Sejurus kemudian, Ninja hijau metalik telah membelah larik-larik jalan yang dipadati kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun