Bukan salah hujan.
Saat menggilas semua harapan  yang ingin ku kerjakan,
Menyapu halus jejak-jejak kenangan perjuangan menjadi kisah tangis percintaan.
Bising suara burung dengan sendu melengkung penuh suka nan cinta di sangkar yang terkungkung.
Dan jejak-jejak kaki tengah tengadah melangkah.
Duduklah nak, Â mari kita minum sebotol air putih.
Jika kau kepanasan, Â buatlah wudhu air ini
Bersihkan dirimu, Â dan hapus semua kisah lukamu,
Bukan waktunya lagi kau duduk merenung akan semua bisu di matamu...
Jangan pulang dulu, nanti hujan membasahi baju, sepatu dan celanamu. Â
Duduklah mari ku ceritakan kisah-kisah yang mungkin belum kita temukan saat ini
masih banyak yang harus kau tahu tentang sore, Â senja malam dan pagi yang telah berganti,
Lihatlah, Â uang rupiah berjatuhan diantara dolar yang menyangkut diatas pohon,
Di sebelah kiri kau lihat... ?
Banyak tanah liat nan batuan yang telah bersih di sikat habis dari negeri...
Dan kau tau?
Di belakangmu itu, Â masih banyak kisah-kisah pemuda sepertimu nak, Â yang ngopi dengan gugup takut di sergap para barisan penyelundup...
Kau tahu ? Syukurlah kalau kau tahu.
Mari di nikmati kopinya, Â
tenanglah.. Â Di sini kau aman untuk beberapa waktu... Â
Usai kopimu habis, Â kau bisa pulang...
atau kau tunggu reda terlebih dahulu, Â tapi saat reda tiba mungkin kau sudah tak lagi ada.
Ini tengah malam.
Dan kopiku telah habis, Â
Maaf aku pamit dahulu, Besok adalah hari kamis.