Komentar "Keren" itu juga menyebalkan. Â Sebab tidak jelas apa dan siapa yang dimaksud dengan keren itu. Â
Dalam kbbi.web.id disebutkan arti "keren" itu begini: 1 tampak gagah dan tangkas; 2 galak; garang; lekas marah; 3 lekas berlari cepat (tentang kuda); 4 perlente (berpakaian bagus, berdandan rapi, dan sebagainya). Â
Jadi kalau komentar "Keren" itu ditujukan pada artikel, ya jelas ngawur. Mana ada artikel yang tampak gagak dan tangkas; atau galak, garang, lekas marah; atau berlari cepat; atau parlente.Â
Kalau komentar itu ditujukan pada diriku, jelas ngawur juga. Â Aku sama sekali tidak keren. Â Kompasianer keren itu, ya, Ayah Tuah yang selalu parlente dengan baret spionase di kepala.Â
Pak Tjiptadinata juga keren, tampak gagah walau sudah uzur banget. Coba kamu tanya Bu Roselina kalau gak percaya.
Mantap
Komentar "Mantap" itu setali tiga uang dengan komentar "Menarik". Coba periksa arti kata "mantap" menurut kbbi.web.id: Â 1 tetap hati; kukuh; kuat: i; 2 tetap (tidak berubah, tidak bergoyah); tidak ada gangguan; stabil.Â
Piye. Masih mau berkomentar "Mantap" pada satu artikel? Mikir!
Atau komentar "mantap" itu maksudnya "makan tabungan perlahan"? Â Itu aku! Nyindir banget, ya.
Tapi kalau dipikir-pikir, semenyebalkan apa pun itu, masih jauh lebih baik komentar-komentar di atas ketimbang komentar mengancam. Â
Ada dua komentar jenis ancaman yang kerap kuterima pada artikelku. Pertama, komentar "Apelo!" dari Acek Rudy, dan kedua, komentar "Ntar lewat jalan mane, loe!" dari Ayah Tuah. Â
Dengan adanya ancaman seperti itu, maka Kompasiana kini bukan lagi "rumah kita bersama" yang aman. Â Aku protes keras pada Admin Kompasiana.Â