Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bunga-Bunga Kuliner di Trotoar Jalanan Kota Solo

7 Juli 2025   05:34 Diperbarui: 7 Juli 2025   11:15 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang senja di Kedai Bali di bantaran Kali Pepe, Solo (Dokumentasi Pribadi)

Sambil melangkah meninggalkan kedai itu, benakku diselimuti kebingungan: sebenarnya, apakah aku sedang pulang ke rumah atau meninggalkan rumah?

Bu Sri Yatno sedang membakar serabi dengan api anglo (Dokumentasi Pribadi)
Bu Sri Yatno sedang membakar serabi dengan api anglo (Dokumentasi Pribadi)

Serabi Bu Sri Yatno yang Nostalgik

Serabi Bu Sri Yatno pertama kali kunikmati pada sebuah pagi di tahun 2000. Bulikku yang membelikannya waktu itu. Tentang bagaimana seorang lelaki Batak bisa punya bulik, gak usah kepo-lah.

Aku sangat terkesan dengan rasanya yang gurih dan manis serta teksturnya yang lembut. Aroma wanginya, dengan semriwing bau gosong dari pinggirannya yang garing, sungguh menggoda lidah.

Dua tahun kemudian, ketika berkunjung ke Solo untuk kedua kalinya, aku pergi sendiri membeli serabi itu langsung ke angkringan Bu Sri Yatno. Waktu itu tempatnya di trotor sisi timur, di ujung utara jembatan Kali Pepe, Jalan Arifin. Kira-kira 100 meter jaraknya dari Kedai Bali.

Sejak itu, sampai April 2025 yang lalu, aku tak lagi menemukan Bu Sri Yatno dan serabinya di tempat itu. Ada juga seorang ibu yang menjajakan makanan lain: cabuk rambak. Aku belum tertarik mencobanya.

"Sudah pindah ke Widuran. Di seberang Pegadaian. Dekat lampu merah." Bulikku memberi tahu. 

Hitung-hitung olahraga, pagi-pagi benar aku berjalan kaki mencari serabi Bu Sri Yatno. Menyusuri Jalan Wentar ke timur, lalu belok kiri menyusur trotoar Jalan Arifin ke arah utara. Tiba di lampu merah perempatan Widuran, menyeberang jalan, nah, belok kanan sedikit ketemulah angkringan serabi Bu Sri Yatno.

"Sudah lama saya pindah ke sini." Bu Sri Yatno menjawab pertanyaanku tentang lokasinya kini. "Sejak Jalan Arifin menjadi satu arah," dia melanjutkan, tanpa menyebut tahun. "Pembeli berkurang karena malas muter-muter. Jadi saya pindah ke sini." Begitulah alasan pindah lokasi itu.

"Tolong dibungkuskan sepuluh serabi, Bu." Aku memesan. 

Aku harus menunggu, karena jumlah serabi matang tinggal empat buah. Pantanganku berdiri menunggu tanpa tanya ini dan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun