Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #074] Penilik Sekolah Salah Masuk Kelas

4 September 2021   16:11 Diperbarui: 4 September 2021   16:16 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Anak-anak diam, saling berpandangan, berharap temannya yang bertanya.  Tapi yang ada hanya gelengan kepala.

"Ini kesempatan baik," pikir Poltak.  Dia teringat pertanyaan yang belum terjawab saat perjalanan ke Kisaran.

"Santabi, Pak Penilik." Poltak mengacungkan telunjuk. "Saat perjalanan naik bus ke Kisaran, di kiri dan kanan jalan terhampar perkebunan karet. Aku perhatikan, batang pohon karet itu semua condong ke arah utara.  Apa sebabnya begitu, Pak Penilik."

Jantung Pak Penilik serasa rontok ke perut mendengar pertanyaan Poltak.  Pertanyaan yang tak pernah terpikirkan olehnya. Keringat dingin mulai terbit di keningnya.  Tak tahulah dia harus bagaimana menjawab pertanyaan itu.

Guru Harbangan melirik sejenak kepada Pak Penilik.  Lalu mengalihkan pandangannya kepada Poltak.  Seulas senyum dihadiahkannya untuk anak  "biang masalah" itu.

"Mungkin kau punya dugaan penyebabnya, Nak?"  Pak Penilik akhirnya mendapat cara keluar dari masalah.

"Santabi, Pak Penilik. Kakekku, seorang pegawai perkebunan karet di Kisaran,  mengatakan mungkin penyebabnya tiupan angin selatan yang lebih kencang dibanding angin utara. Tapi kakekku bilang, untuk memastikan, coba tanya kepada guru-gurumu."

"Penjelasan kakekmu masuk akal. Mungkin memang angin selatanlah penyebabnya." Pak Penilik serasa lepas dari perangkap. "Baiklah, Pak Guru Harbangan, saya pikir sudah cukup. Murid-murid kelas lima ini pintar-pintar. Hebat." Pak Penilik mengacungkan dua jempol.

Cuping hidung Guru Harbangan mekar melebar.  Bunggah hatinya mendapat pujian dari Pak Penilik Sekolah.  Kinerjanya tak diragukan lagi.

Sementara Pak Penilik, setelah mengucap salam, cepat-cepat keluar dari ruang kelas lima.  "O ale, Tuhan.  Aku telah salah masuk kelas pagi ini," sesalnya dalam hati. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun