Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #074] Penilik Sekolah Salah Masuk Kelas

4 September 2021   16:11 Diperbarui: 4 September 2021   16:16 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Beginilah gaya Poltak pada hari pertama masuk sekolah setelah pakansi.  Kemeja baru bahan katun warna dasar putih dengan motif garis-garis vertikal merah.  Celana pendek hitam katun Jepang warna hitam.  Sepatu bot kulit mengkilap sebagai alas kakinya.

Stelan itu dibelikan khusus untuknya oleh ompungnya, mertua Parandum, di Kisaran. Sepatu bot itu terkenal  sebagai sepatu "Bunut Shoes", bikinan sebuah pabrik sepatu milik orang Amerika di Desa Bunut, Kisaran.  Tapak sepatunya terbuat dari karet produksi perusahaan perkebunan Uniroyal. Kulitnya diimpor dari Eropah.  

Paruh pertama 1970-an, sepatu Bunut itu khusus diekspor ke Amerika dan Eropah. Hanya karena bapak mertua Parandum bekerja di perkebunan Uniroyal, maka dia punya jalur untuk membeli langsung ke pabriknya.

Murid-murid kelas lima takjub melihat tampilan Poltak.  Terutama anak-anak perempuan. Berta, Tiur, Dinar, Poibe, Jojor dan Risma.  Di mata  mereka, Poltak terlalu ganteng untuk menjadi pastor. "Sayang sekali, ya, Berta," bisik Tiur. "Ih, kau itu." Berta mencubit pinggang Tiur.  "Aduh!"

Seminggu di Kisaran cukup untuk membuat kulit Poltak cerah, bersih seperti anak kota berhawa panas. Tampilannya di antara teman-temannya ibarat ikan mas di tengah ikan lele.

"Selamat pagi, anak-anak. "  Guru Harbangan menyapa murid-murid kelas lima.

"Selamat pagi, Gurunami." 

Murid-murid terheran-heran. Ada seorang lelaki asing ikut berdiri di depan kelas bersama Guru Harbangan. Lelaki itu pendek gemuk. Usia sekitar limapuluhan. Mengenakan kemeja batik lengan panjang, bibirnya selalu mengulas senyum tipis, terkesan sinis.  

"Pagi ini kelas kita mendapat kehormatan dikunjungi seorang tamu penting. Perkenalkan, beliau ini Bapak Rapolo, Penilik Sekolah dari Parapat."

Kelas hening. Murid-murid diam menyimak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun