> "Kalau begitu... biarlah kebenaran dibuka!"
Ia mengangkat liontin kecil dari leher Roro Kecik --- sebuah perhiasan emas tua yang selama ini digantungkan padanya, satu-satunya peninggalan sejak ditemukan hanyut di sungai sepuluh tahun silam.
Putri Kenanga menjerit melihat liontin itu.
> "Itu... itu milik bayi perempuanku! Itu... putriku!"
Suasana meledak. Tangis. Teriakan. Sorak dan isak bercampur. Raja menjatuhkan tongkatnya, memeluk Putri Kenanga yang tersungkur memeluk Roro Kecik.
> Sayembara berakhir. Bukan dengan kemenangan atau kekalahan. Tapi dengan pertemuan. Dan dengan pengakuan.
Roro Kecik tak hanya menjadi harapan bagi desa Ngrandu, tapi juga terungkap sebagai darah kerajaan yang sempat terbuang oleh konspirasi.
Dan papan dakon yang patah... kini menjadi pusaka baru. Simbol dari dua dunia yang akhirnya bertemu --- dunia rakyat dan dunia istana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI