"Rian belajar yang sungguh-sungguh biar bisa seperti kakakmu ini," ucap Ajeng kepada Rian.
Mereka berangkat meninggalkan Ajeng dan Anisa yang masih sibuk merapikan rambut mereka yang bergelombang seperti ombak di lautan.
Perjalanan yang mereka harapkan tidak macet di pagi itu ternyata salah. Kendaraan-kendaraan telah membanjiri jalanan.
"Aduh macet! Gimana nih!" ucap Ajeng dengan nada kesal.
"Mama sih! Kelamaan benerin rambut!" jawab Anisa.
"Kamu kok nyalahin Mama sih," ucap Ajeng dengan pelan.
"Yaudah, Ma. Sabar. Biasanya juga gak macet. Kenapa hari ini malah macet!" Balas Anisa dengan muka masam.
Mereka masih dalam perjalanan di tengah mobil dan motor yang mengepung mereka.
Waktu menunjukkan pukul 07.20, masih aman bagi mereka untuk tiba di tujuan sebelum pukul 08.00.
Anisa sedikit lega karena jam kuliah pertamanya tidak terlalu pagi. Tapi tidak dengan mamanya, sebelum pukul 08.00 Ajeng harus berada di kantor karena investor yang akan menanamkan uangnya di perusahaan tempatnya bekerja sudah menunggu.
Akhirnya, setelah 45 menit terjebak dalam kemacetan yang membuat naik darah, Ajeng tiba di kantor pukul 07.45.