Namun penangkapan tak berhasil, mereka malah ditahan di pesantren, penyergapan yang dilakukan digagalkan oleh para santri santriwati yang sudah siap siaga untuk penyerangan balik.
Esok harinya datang 4 opsir jepang meminta Hudaemi untuk menghadap kepada pemerintah jepang.
"Maaf, saya tidak akan pernah menuruti yang anda perintah" Hudaemi nolak mentah-mentah.
Kemudian, terjadilah keributan yang diawali dengan opsir yang memberontak dan memaksa, keributan itu menyebabkan tewasnya 3 opsir, dan 1 orang lain dibiarkan hidup untuk membawa pulang ultimatum
"Sampaikan kepada pemerintah jepang" Ucap Hudaemi tegas.
Dalam ultimatum itu, pemerintah jepang dituntut untuk memerdekakan pulau jawa terhitung mulai 25 Februari 1944.
Persiapan sudah matang, setiap santri dikantongi persenjataan yakni bambu runcing,
Dalam insiden itu, tercatat pula salah seorang santri bernama Nur menjadi korban, karena terkena tembakan salah seorang opsir.
Jelang waktu sholat ashar, beberapa buah truk mendekati garis depan pertahanan sukamanah.
Pasukan sukamanah dikejutkan dengan apa yang berhadapan dengannya ialah rakyat bangsa sendiri.
Jepang telah mempergunakan taktik adu domba. Hudaemi memerintahkan untuk melakukan penyerangan sebelum jepang masuk jarak perlawanan.