Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Pangestu
Mochamad Rizky Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Muda

Saya suka menulis, dan ingin berbagi cerita melalui tulisan-tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim Pengantin

27 Juni 2022   07:33 Diperbarui: 27 Juni 2022   07:42 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: MR. Pangestu

Aku selalu suka membelai diriku sendiri. Wajah seanggun ini, hanya boleh disentuh dan dibelai oleh tangan yang halus, mulus, dan indah juga. Tanganku. Siapa yang tak mau menggenggam tanganku? Semua ingin meraih dan menggenggamnya. Ah, kuku-kuku yang bening dan cantik, tidak panjang, tidak terlalu pendek juga. Lalu jari-jari yang mungil nan cantik pun lentik. Ah, aku suka memainkan jari-jariku ini, seperti penari Bali yang tentu saja akan membuat siapapun terpikat melihat tarian jariku ini.

Aku selalu suka membelai tubuhku sendiri. Tak ada yang terlewat. Aku yakin, sangat yakin bentuk tubuh dan semua yang ada pada tubuhku ini adalah yang paling indah dari semua wanita yang ada di dunia. Merawat tubuh, menjaga dan mengagungkan kesucianku. Inilah tubuhku, tubuh yang paling indah di dunia. Yang putih, bersih, lembut, mulus, dan kencang, hanya milikku seorang.

Sungguh, tidak akan ada habisnya menjelajah tubuhku ini. Dari rambut yang tergerai sebahu. Hitam pekat, lebih pekat dari model iklan sampo di tv, lebih tebal pula. Siapa coba yang tak ingin membelainya. 

Ah sungguh, sungguh tidak akan ada habisnya menjelajahi tubuhku yang indah, yang paling indah, yang terindah ini. 

Hanya angin malam yang kian menusuk yang mampu menghentikan aktivitasku memuji tubuh molekku. Jangankan tangan-tangan kotor di sana, angin yang lembut pun tak akan kubiarkan menikmati setiap inci tubuhku.

Aku memakai piyama, lalu membanting tubuhku ke kasur. Melepas kepenatan, penat lahir maupun batin. Kuraih selimut yang tebal, mendaratkan perlahan kepalaku pada bantal bulu angsa yang empuk sekali. Jangankan ketika terjaga, tidur pun aku selalu cantik.

***

Siang ini, aku duduk di singgasanaku sebagai seorang wanita yang disegani dengan jabatan tertinggi di sebuah gedung perusahaan di pinggiran Jalan Sudirman yang padat. Aku sebagai pendiri, pimpinan dan tentunya otak dibalik karya-karya yang luar biasa di sini.

Ya, aku Wulan, seorang desainer. Pakaian rancanganku aku produksi sendiri dan banyak diminati. Di lantai dasar hingga lantai tiga gedungku adalah butik, butik ternama di negeri ini. Aku tinggal di lantai 17, lantai tertinggi di gedung ini.

Namaku sudah tidak asing lagi, sering kali berseliweran di layar kaca. Baju-baju rancanganku tentu saja menjadi langganan para pesohor, selebriti papan atas ibu kota. Sempat ada tawaran untuk menjadi model, rupa-rupanya model-model mereka kalah cantik olehku. Tapi, jelas aku tolak, berapa pun bayarannya, jelas tubuhku tidak semudah itu menjadi tontonan khalayak.

Sesekali jika aku rehat dari menggambar desain, menandatangani beberapa berkas, mengecek ini dan itu, seperti kebanyakan orang aku akan bermain ponsel. Baru saja aku berniat untuk meraih ponsel, tiba-tiba terdengar ponselku berdering. Pas. Seseorang memanggilku via panggilan sebuah aplikasi komunikasi Whatsapp.

"Halo Wulan, tentu kamu masih ingat aku kan?" suara dari seberang sana, tak asing dan jelas membawaku kembali ke hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun