Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berganti Musim

12 April 2024   05:08 Diperbarui: 12 April 2024   06:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Berakhirlah kematian sungai, ketika seorang anak kencing di debu yang seharusnya menjadi tanah subur selimut bunga liar yang berserakan dan ditinggalkan untuk nelangsa layu. Cinta berakhir di trotoar kotor, hening bergeming. Tak ada ilalang jalang yang terlihat dirudapaksa burung untuk infrastruktur sarang. Kita mabuk sangat mabuk nyaris tak mampu mencapai rantai saklar lampu.  Maka bersenandunglah: Jika musim berganti meniup angin sedingin kulit ari dan langit sesuram wajah gadis sibiran tulang patah hati, akulah cahaya yang takut menyentuh sehelai rambut di tubuhmu ... terkutuklah keberuntungan yang pahit, minyak untuk mengurap, sementara menyusuri jalan-jalan imajiner lahan tempat 'mu' mencampakkan 'ku' seperti anak kucing kurus yang menggigil mandi di kayu. Lihatlah, aku mengeong, kegelapan mengguyurku seperti susu basi membara, menjilatku dengan lidahnya yang kesat kaku.

Cikarang, 12 April 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun