Mohon tunggu...
Lilis Hutagalung
Lilis Hutagalung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tamu Musim

7 Mei 2024   20:42 Diperbarui: 7 Mei 2024   23:11 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Markus Spiske dari Pexels: pexels.com

Sejak kau dan aku bertemu
Dijalan kecil saat musim kemarau
Ketika daun gugur menutup resah
Saat itu, kita bertamu

Menjadi tokoh penting dalam musim itu
Menjadi pohon paling kokoh  di sepanjang jalan itu
Kita memainkan peran baru
Menangkap asa untuk terus hidup

Tapi, sejak kemarau berlalu
Waktu diujung malam menjadi panjang
Kita berlari jauh dari gelap yang membutakan
Kemudian menunduk, menunggu besok akan kembali

Sejak itulah hujan turun tapi tak merdu
Kau dan aku membeku oleh iramanya
Darah kita berdesir, dingin
Karena hujan tak kunjung reda
Kita enggan untuk beranjak

Sejak itu pula kau dan aku
Menatap hidup penuh tanya
Terus bertumbuh tapi takut
Takut tumbuh tapi terus saja

Kita bertanya-tanya,
Apakah kita tersesat diantara rintik hujan?
Ataukah kita telah gugur bersama daun kering di musim kemarau?

Akhirnya kita benar-benar hilang
Dalam musim hujan yang membuatku tenggelam
Dan kau dalam angan yang terbang oleh angin musim kemarau 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun