Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Engkau Bukan Jodohku #1

2 November 2019   08:35 Diperbarui: 2 November 2019   08:41 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Arian masuk kedalam rumah Winda, diikuti Winda dibelakangnya, di ruang tamu terlihat Bapak dan Ibu Winda duduk dengan raut wajah penuh kesedihan, seharusnya dalam hitungan hari ini adalah hari-hari bahagia buat mereka, anak semata wayangnya Winda akan melangsungkan perkawinan, tapi apa mau dikata Winda melakukan hal seperti ini, ingin membatalkan perkawinan, hati orang tua mana yang tidak akan sedih tentunya.

Seperti biasa Arian langsung menyalami Bapak dan Ibu Winda serta mencium kedua tangannya, kemudian dia duduk di ruang tamu bersebelahan dengan Bapaknya Winda.

"Bapak sama Ibu tidak tahu lagi Arian, harus berbuat apa sama Winda, Bapak dan Ibu tidak tahu sudah berbuat dosa apa sehingga Winda melakukan ini, mau ditaruh dimana muka Bapak dan Ibu di hadapan keluarga Arian, keluarga Arian sudah meminta kemari secara baik-baik, dan keluarga kami menerima, Bapak dan Ibu bilang, kalau sampai perkawinan ini di batalkan, maka Bapak dan Ibu tidak lagi memiliki anak bernama Winda." Jelas Bapak Winda

Terlihat Ibu Winda dari tadi menagis sesegukan, ia membawa handuk kecil untuk menghapus air matanya, sementara Bapaknya Winda berusaha tegar, walau kesedihan itu terpancar di wajahnya.

"Bapak sama Ibu malam ini mau kerumah Arian, untuk menyampaikan berita pahit ini, dan mengembalikan semua seserahan yang dulu di hantarkan, selebihnya Bapak sama Ibu nanti menunggu apapun keputusan keluarga besar Arian, Bapak dan Ibu akan menerimanya." Jelas Bapak Winda.

Arian diam, tidak ada sepatah katapun yang ingin di keluarkanya, dilihatnya Winda tetap duduk di ruang tamu diantara mereka.

"Saya juga tidak tahu pak ada apa dengan Winda, tapi kalau sudah seperti ini mau apalagi, mungkin ini yang terbaik, saya pamit pulang dulu untuk menyampaikan kepeda Bapak dan Ibu saya, biar nanti kedatangan Bapak dan Ibu kerumah tidak terlalu kaget mendengarnya.

Arian berdiri, menyalami Ibu dan mencium tangannya, kemudian menyalami Bapak dan mencium tangganya, dia lewat di depan Winda, dipegangnya pundak Winda tanpa berkata, dan dia berlalu menuju pintu keluar seraya berkata " Assalamualaikum."

Bogor, 02112019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun