"Tapi aku tidak ingin ini akan berakibat yang lebih buruk lagi, kalau kita tetap melangsungkan perkawinan ini, aku tidak ingin kamu dan aku menderita, justru ini lebih baik kita lakukan sekarang, dari pada nanti akan lebih menyengsarakan kita berdua."
"Ada apa sebenarnya dengan Jarot, apa kamu ingin melangsungkan perkawinan dengan Jarot ?"
"Aku juga tidak tahu."
"Atau kamu ingin minggu depan biarkan saja undangan datang, tapi yang duduk di pelaminan kamu dan Jarot." Emosi Arian mulai meledak lagi
Winda memandang Arian, dia mengerti bagaimana perasaan Arian saat ini, dan bagaimana perasaan Arian minggu depan, tapi dia takut ini justru awal dari kehancuran semua.
"Ibu dan Bapak mu tahu tentang hal ini ?" tanya Arian
"Aku sudah menjelaskan kepada Ibu dan Bapak tadi malam, mereka sama seperti mu saat ini, bahkan mereka tadi malam mengancam kalau aku membatalkan aku dicoret dari daftar anak oleh Bapak dan Ibu." Â jelas Winda.
"Aku sudah pasrah apapun yang Bapak dan Ibu katakan, atau keluarga besarku katakan, aku sudah bulat, aku ingin membatalkan perkawinan kita." lanjut Winda
"Bapak dan Ibu sekarang menunggu di dalam, mereka menunggu hasil pembicaraan kita ini, dan mungkin Bapak dan Ibu akan datang ke rumah Arian menjelaskan semuanya." lanjut Winda lagi.
"Keputusan mu sudah bulat Win ?"
"Ia sudah bulat, apapun yang terjadi, ini sudah keputusanku, dan aku mempertanggung jawabkan itu semua."