Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tanah Tembuni

1 Oktober 2019   09:15 Diperbarui: 1 Oktober 2019   10:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Babak 6

Tanah kering, udara seperti tak mau kompromi. Petani padi dan peterNak mulai kepayahan. Kemarau Panjang membuat paceklik disegala bidang. Sudah setahun sembilan bulan lamanya Mega tak ada kabar berita dari negeri orang. Emak sEmakin ringkih beberapa hari terakhir hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. Kakinya membengkak terkena asam urat. Matanya terdapat bercak putih pertanda katarak. Lima bulan terakhir hanya bisa berobat lewat ramuan akar-akaran dari kebun rumah karena tidak sanggup membeli obat di rumah sakit. Ndaru lebih ekstra mengurus wulan dan mencarikan rumput untuk kambing. Mega hampir dua tahun tidak ada kabar berita. Wulan sudah banyak tahu tentang keadaan.

Wulan                :"Uty, Wulan pengen sekali sekolah di antar sama Ibu. Kayak teman-teman Wulan. Kapan ibu pulang?" (wajah polosnya menatap lekat Emak dengan harapan mampu memberikan jawaban keresahannya)

"Luar negeri itu jauh ya, Uty?" (wajahnya polos tanpa dosa duduk disebelah Emak yang sedang terbaring)

Emak                  : (Emak mengusap rambut cucunya, dengan lembut suaranya berkata)

                             "Wulan kangen sama ibu?"

                              (Wulan menganggukan kepalanya)

                             "Ibu juga pasti kangen sekali sama Wulan. (mengusap pipi wulan yang gembul) Ibu sebentar lagi juga pulang, membawakan oleh-oleh yang banyak untuk Wulan. Wulan minta dibawakan apa, Nduk?"

                             (Emak berusaha menentramkan hati Wulan. Ada perasaan getir yang menjalar ditubuh renta itu dengan lirih Emak berkata dalam hati) "tak seharusnya cucuku merasakan kepahitan hidup diusianya yang masih kecil"

Wulan                :"Wulan nggak mau minta apa-apa Uty. Wulan hanya mau Ibu ngantar Wulan sekolah." (suaranya lirih sambal memainkan boneka di tangannya)

Emak                  :"Setiap hari Wulan kan sudah diantar om Ndaru. Wulan sayang ndak sama om Ndaru? (Wulan mengangguk) anak pintar ndak boleh sedih lagi. Kalau Wulan sedih, mama juga nanti disana sedih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun