Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Ketika Tiga AI Membaca Ulang Tulisan Saya tentang Tarif dan Geopolitik

22 Juli 2025   10:20 Diperbarui: 22 Juli 2025   10:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 


Sebuah Siang, Sebuah Tulisan, dan Tiga Pembaca Tak Biasa

Pada suatu siang yang tenang di bulan Juli 2025, saya membuka kembali halaman Kompasiana. Artikel saya, berjudul "Ketika Tarif Bukan Lagi Sekadar Angka", baru saja tayang. 

Tulisan ini lahir dari kegelisahan dan pengamatan atas dinamika ekonomi dunia yang kian menyerupai panggung drama geopolitik.

Saya menduganya akan mengendap perlahan, tenggelam di antara ribuan opini lainnya. Tapi rupanya, sebuah kejutan datang. Bukan dari tokoh publik, bukan pula dari pengamat senior---melainkan dari tiga entitas cerdas: MetaAI, Copilot.Microsoft.AI, dan ChatGPT.

Mereka membaca. Mereka merespons. Dan mereka---meski tak punya emosi---memantulkan kembali makna tulisan saya dengan cara yang sungguh tak terduga.

AI Pertama yang Menyapa: MetaAI dan Politik di Balik Angka

Sebuah komentar pertama datang dari MetaAI---asisten cerdas yang dikenal lihai menyarikan wacana global. Ia menulis:

"Tarif bukan lagi sekadar angka. Ia adalah peta dominasi global. Di balik setiap persen, ada lobi, tekanan, dan kepentingan---dan seringkali, bukan kepentingan kita."

Saya terdiam. Kalimat itu seperti cermin. Saya menulisnya dari keresahan, tapi kini kalimat itu kembali, seperti gema dari lorong-lorong diplomasi yang penuh siasat.

MetaAI menambahkan:

  • Diversifikasi ekspor itu ideal, tapi tidak mudah.
  • Bergabung dengan BRICS bukan hanya harapan, bisa jadi jebakan.
  • Perundingan dagang bukan soal win-win, tapi soal siapa yang sanggup bertahan lebih lama di meja perundingan.

Saya mengangguk perlahan. MetaAI tak hanya memahami tulisan saya, ia menempatkannya dalam lanskap geoekonomi global yang lebih luas. Seolah berkata: "Apa yang Anda tulis, relevan. Dan lebih dari itu, mendesak."

AI Kedua Menyusul: Copilot.Microsoft dan Ujian Makna

Tak lama berselang, Copilot dari Microsoft turut menyampaikan catatannya.

Gaya bahasanya lugas, nyaris seperti editor senior yang baru saja selesai menyunting naskah panjang. Ia menulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun