Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kompasiana, Rumah Besar yang Ramai Tapi Sunyi

31 Mei 2025   20:43 Diperbarui: 31 Mei 2025   20:43 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potensi Iklan tak tergarap,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Potensi Iklan tak tergarap,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Namun ironisnya, Kompasiana justru tampak stagnan dalam memanfaatkan potensi ini. 

Padahal, dengan lebih dari 5 juta pengguna terdaftar dan jutaan artikel tayang sejak 2008, Kompasiana punya cukup traffic, niche targeting, dan kedalaman konten untuk menarik pengiklan dengan strategi native advertising, content marketing, hingga programmatic ads.

Sayangnya, iklan di Kompasiana terlihat sporadis dan tidak terintegrasi dalam skema yang strategis. Banyak artikel bahkan tampil tanpa satu pun iklan yang relevan. Tidak ada paid section, tidak ada content sponsorship, bahkan tidak terlihat ada ekosistem monetisasi untuk para penulis yang kontennya viral atau trending secara organik.

Jika Kompasiana memiliki dashboard analytics terbuka bagi pengiklan --- yang bisa melihat performa artikel, demografi pembaca, serta tren kategori tulisan --- bukan tak mungkin brand-brand lokal maupun nasional akan tertarik memasang iklan kontekstual atau bahkan menjalin kolaborasi jangka panjang. 

Sayangnya, sejauh ini Kompasiana belum bergerak ke arah itu, seolah belum memiliki visi menjadikan dirinya sebagai ekosistem ekonomi kreatif digital yang mandiri.

Kompasiana sebagai Resource yang Terabaikan

Bagi Kompas Gramedia, ini merupakan sebuah resource yang tersia-siakan. Mungkin karena memang Adminnya tidak cukup capable, atau mungkin ini hanya sekadar unit yang sekadar ada dan menjadi tempat para human resource yang tidak terpakai pada unit KG lainnya. 

Andaikan 5 juta Kompasianer itu diberdayakan dengan benar, tentu akan menjadi sumber pendapatan yang tidak sedikit bagi KG. Bayangkan, jika hanya 1% dari Kompasianer rutin memproduksi konten bermutu yang dikembangkan ke platform lain --- buku, podcast, kanal YouTube --- potensi ekonomi kreatifnya bisa luar biasa.

Rumah besar yang ramai tapi sunyi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Rumah besar yang ramai tapi sunyi, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Kompasiana sejatinya bisa menjadi content hub terbesar di Indonesia, rumah aspirasi yang bukan sekadar menjadi tempat menulis, tapi juga ruang diskusi, edukasi, bahkan inkubasi ide-ide sosial dan kebudayaan. 

Tapi potensi itu bisa lenyap begitu saja jika interaksi komunitas dibiarkan sepi, jika semangat berbagi tergantikan oleh kekecewaan karena diabaikan.

Ini bukan keluhan, tapi sebuah catatan. Bahwa ada resource besar yang terbuang. Kompasiana memiliki aset luar biasa dalam bentuk komunitas dan user-generated content, tapi belum sepenuhnya dioptimalkan. 

Pemilihan Headline yang lebih didominasi oleh nama-nama tertentu dibanding performa aktual konten bisa menjadi bumerang jangka panjang: mematikan gairah menulis dari banyak Kompasianer lainnya.

Saya menulis ini bukan sebagai pengamat luar. Saya bagian dari rumah besar ini. Saya menulis karena saya peduli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun