Astaga keluh Sangen. Beli sisir kok pakai di natar segala, beli sendiri kek ngapa ... tapi mulutnya berkata lain ...
"Beli sisir?" tanya Sangen, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Oh My God."
"Apaan sih, Bang. Ayolah, antar aku dong!" ajak gadis manis itu tanpa ragu-ragu, lalu memegang tangan Sangen untuk membawanya pergi. Pemuda ini merasa betapa lembutnya tangan gadis itu.
Sangen berpikir, "Beli sisir rambut saja minta diantar segala, memangnya pekerjaannya begitu berat?"
"Bagaimana, ya?" kata Sangen kesulitan mengiyakan atau menolak. Dia ingin mencari tumpangan, tapi kesempatan menemani gadis cantik seperti ini susah juga ditolaknya.
Selain itu, dia merasa bimbang karena dia bukan tipe laki-laki nakal. Jadi, pegangan lembut Athalia di tangannya membuatnya merasa seperti dialiri listrik ribuan watt.
"Ayo, Bang Sangen. Antar aku dulu dong, please!" ajak Athalia dengan menarik tangan Sangen.
"Iyalah," akhirnya Sangen setuju. Dia berjalan sejajar dengan Athalia. Mereka berdua menuju pasar Inpres.
"Lo pulang dari mana, kok rapi banget?" tanya Sangen.
"Turun dari rumah, mau beli sisir. Meskipun sebenarnya agak takut berjalan sendirian."
"Kapan-kapan saja bisa turun beli."